II Samuel 17 : 1-29
“Ketika dilihat Ahitofel, bahwa
nasihatnya tidak dipedulikan, dipasangnyalah pelana keledainya, lalu
berangkatlah ia kerumahnya, ke kotanya, ia mengatur urusan rumah tangganya,
kemudian menggantung diri (ayat 23)”
Ahitofel terkenal sebagai orang
yang sangat cerdik. Oleh sebab itu dia diangkat menjadi penasihat raja dan
penentu strategi kerajaan. Hasil kerjanya luar biasa. Setiap Ide dan strategi
yg disampaikan sangat cerdas. Ia bukan seorang nabi namun setiap nasihatnya
seringkali dianggap sebagai petunjuk Tuhan. Tetapi dalam nats dikatakan,
Ahitofel tiba-tiba bunuh diri! Mengapa ia bunuh diri? Penyebabnya adalah
berkaitan dengan konsep diri! Ia melakukan tugasnya hanya demi kemuliaan diri. Orang
yang seperti ini disebut ' sick oriented, orang yang sakit ' dan mudah berhianat (II
Sam 15:31). Baginya yang penting adalah kerja dan mencipta, sukses dan menyandang nama besar. Dia akan
mudah mengorbankan segala sesuatu yang dianggap sebagai penghalang dalam
mencipta, termasuk orang-orang dekatnya. Kalau lingkungannya tidak lagi
mendukung untuk mengaktualisasi diri, yang olehnya ia tidak lagi mendapatkan
penghargaan diri, maka baginya hidup ini tidak lagi berarti.
Tuhan
Yesus Kristus datang ke dunia supaya manusia memiliki hidup, yaitu hidup yang
berharga dihadapan Tuhan dan dihadapan manusia. Ada dua hal yg kita temukan melalui pernyataan ini, yaitu:
Pertama, keberhargaan
manusia tidak lagi tergantung pada bentuk pekerjaan dan hasil kerja. Tidak pula
tergantung dengan sikap dan kata orang lain, melainkan tergantung pada
pemahaman akan perbuatan Tuhan yang luar biasa yang olehnya kita mau memuliakan
namaNya. Artinya, pemahaman dasar tentang konsep diri yang telah dipulihkan
melalui karya Tuhan Yesus Kristus, harus dibangun di atas kebenaran yang utuh,
sehingga setiap aktivitas ibadah, pelayanan dan segala bentuk kegiatan di dunia
ini senantiasa memuliakan Tuhan.
Kedua, keberhargaan diri tidak lagi
diukur dari lingkungan, hasil dan status melainkan seberapa banyak Tuhan
dimuliakan melalui kehidupan kita.
Ahitofel
tidak pernah berpikir untuk memuliakan Tuhan. yang ia cari hanyalah pujian,
hormat dan sukses. Akibatnya, pada saat ide, metode dan usulannya ditolak,
iapun malu dan kehilangan harga diri dan bubuh diri. hidupnya dibatasi reaksi yang diterimanya, kasihan.
Sebagai orang percaya, kita perlu
mewaspadai sifat seperti sifat Ehitofel.
Di dalam Kristus, sukacita kita bukan berasal dari keberhasilan-keberhasilan,
atau dari pengakuan-pengakuan. kemuliaan kita bukan diukur dari hasil. Keberhargaan dan sukacita kita hanya berasal
dari penerimaan Allah. Oleh sebab itu, kalau dunia ini mengecewakan Saudara,
ingatlah dunia belum kiamat, masih ada second oppurtunity. Satu-satunya kiamat yang sesungguhnya ialah jika
Yesus Kristus mengatakan kepada Saudara: “Enyalah!” Tetapi apakah mungkin Tuhan
Yesus Kristus berkata seperti itu kepada orang yang
sungguh percaya? Tak akan pernah!” Amin.