(Mazmur 50:1-23)
Siapa yang mempersembahkan syukur
sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa jujur jalannya, keselamatan yang dari
Allah akan kuperlihatkan kepadanya (Maz 50:23)
Mempersembahkan syukur itu berarti berkorban. Dalam konteks
Perjanjian Lama dan dalam ritual Agama Yahudi memberi korban adalah menyembah
Allah yang Maha kuasa sekaligus memohon pengampunan dosa. Dalam iman Kristen memberi korban disebut mengembalikan milik Tuhan sekaligus mengakui bahwa semua yang dimiliki termasuk dirinya sendiri adalah anugerah-Nya. Dalam firman Tuhan dituliskan bahwa perbuatan seperti itu sangat menyenangkan Allah karena dengan demikian Tuhan sangat diagungkan dan dimuliakan.Secara univesal
memberi Korban itu berarti dengan sadar merelakan satu atau sebagian miliknya
berkurang karena dipersembahkan.
Bagaimana caranya supaya setiap warga jemaat dapat mepersembahkan
korban dengan benar sekaligus kontiniu sehingga menerima upah seperti yang
diterima Abraham? Setiap anggota jemaat perlu memahami tiga hal, yakni:
1. Kita perlu meluruskan pemahaman
tentang Allah seperti Abraham. Setiap orang Kristen harus menyadari bahwa Allah itu hidup dan
berdaulat serta ber-otoritas penuh terhadap dirinya. Sebagai pemilik otoritas
maka TUHAN itu harus ditinggikan, disembah, dipuja dan dimasyihurkan. Dengan
demikian kualitas iman kita seperti Abraham sehingga otoritas TUHAN tersebut
akan terus ada diatas kita.
2. Kita perlu
meluruskan pemahaman tentang diri sendiri seperti Abraham
Melalui salib, Allah telah
kembali meninggikan manusia, maka seyogyanya manusia itu harus sungguh-sunguh berdamai
dengan dirinya sendiri. Berdamai dengan diri sendiri berarti menerima dan
menghargai diri sebagai pribadi yang unik dan spesifik. Kemudian
menyakini diri sebagai pribadi yang berpotensi meraih prestasi dan
ingin membuat prestasi tersebut sebagai sarana untuk bersaksi. Kita menjadi
pribadi yang berani melangkah, siap meninggalkan zona nyaman yang menyilaukan
dan tetap maju dengan cerdas saat aral melintang menghadang jalan. Tak ada
istilah berhendti dan tak ada satupun yang membuat kita gentar dan mundur.
Itulah karakter Abraham. Dengan demikian setiap orang percaya dapat
memilih nilai-nilai yg berguna untuk diri sendiri dan berkenan di
hadapan Allah.
Jikalau seorang memahami
diri dengan benar maka setiap orang percaya akan mampu pula bersikap positif
terhadap sesama. Orang tersebut akan mampu memberi perhatian, sabar dan
menghargai orang lain. Konsep berpikirnya ialah, Kita
menghargai orang lain karena kita sudah lebih dahulu dihargai oleh
Tuhan. Kemampuan dan kerelaan berkorban tidak dapat dipisahkan
dari kualitas iman seseorang. Iman tidak boleh sebatas kata melainkan
harus nampak dalam
tindakan nyata. Ibadah tidak boleh sebatas
eforia belaka, tetapi harus menimbulkan perubahan yang nyata.
Anda ingin memiliki iman
seperti Abraham? Atau anda ingin masyhur seperti Abraham? Itu bagus,!!! Tetapi
Hidup dan bertindaklah sepertti Abraham, maka lihatlah apa yang akan
terjadi, AMIN.
(Doaku menyertai saudara,
Pdt Haposan Hutapea STh, MA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar