(II Korintus 9:8-15)
Syukur kepada Allah atas karuniaNya yang tak
terkatakan itu (ay 15)
Saat Nelson melihat Butet
kekasihnya memasukkan banyak lembaran uang ke dalam amplop, Nelson heran
kemudian bertanya : “buat saya ya, Butet?"
Butet: “Enak saja! Ini untuk
Tuhan, tahu!”
Nelson: “Buat Tuhan atau buat Gereja?”
Butet: “Ya untuk Tuhan dan
pelayanann-Nya melalui Gereja!”
Nelson: “Kok tidak tulis nama?
Nanti majelis tidak tahu dong?”
Butet: “memberi itu harus
tersembunyi, tidak usah tulis nama, biar Tuhan saja yang mengetahui, karena
kita itu hanya mengembalikan milik Tuhan” ( Matius 6:3)
Nelson: “Hebat kamu, ternyata
saya tidak salah memilih kekasih”
Butet: “Bukan hebat, tapi kita wajib
mengembalikan milik Tuhan, bersyukur!”
Nelson: “Tapi, bukankah cukup ala
kadarnya saja?”
Butet: “firman Tuhan mengatakan 10%! Selain itu kamu harus mengetahui, disetiap penghasilan saya ada bagiannya Tuhan, ada bagian orang lain. Setelah itu baru milik saya dan untuk kebutuhan saya. Dan untuk perbuatan seperti itu Tuhan berjanji akan
memberkati, Maleakhi 3:9-10). Kamu percaya Alkitab sebagai firman Tuhan bukan?”
Nelson : “Bukankah itu terlalu
banyak”
Butet : “Tuhan Sudah memberikan yang terbaik bagi kita manusia. Bahkan nyawa-Nya. Berapa besarpun persembahan yg kita berikan, tidak ada bandingannya
dengan anugerah Tuhan!”
Nelson mengangguk perlahan dan
memandang kekasihnya penuh kekaguman.
Motivasi saat memberi dan kewajiban
memberi persembahan, sering kali dipersoalkan dan menjadi perdebatan banyak orang Kristen.
Pada hal itu adalah perintah Tuhan didalam firmanNya. Alkitab mengajarkan supaya saat melakukan tuntutan Tuhan senantiasa
dengan motivasi yang murni (Kisah Para Rasul 24:16). Karena sangat sering
dijumpai berbagai motivasi dalam memberi persembahan tersebut. Ada yg memberi
supaya dipuji orang lain, ada yg memberi supaya mendapatkan rezeki yang lebih
banyak. Namun tidak sedikit orang Kristen memberi dengan tulus dengan pemahaman sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala rahmat Tuhan
Yesus Kristus yg luarbiasa dan tak terukur. Memberi persembahan adalah mengembalikan milik Tuhan, berkorban. Namun saat setia memberi persembahan, Tuhan justeru semakin menyatakan mujizat-Nya. Pekerjaan dan bisnis kita diberkati. Rumah tangga damai dan harmonis. Tubuh kita sehat dan anak-anak berhasil. Terlebih dari pada itu Tuhan menjaga harta kita dari segala bentuk pengeluaran yang tidak terduga. Sebab itu jangan engkau serakah dan menjadi seorang Pencuri. Enyahkanlah roh kikir dari hidupmu, sebab itu menghambat rezeki. Apapun alasannya, tak boleh menjadi hambatan mengembalikan milik Tuhan (Lukas 6:38). Rahasia kebebasan financial adalah mengembalikan milik Tuhan, tak ada yang lain. Percayalah!!
Marilah kita melihat firman
Tuhan mengenai perintah memberi persembahan tersebut, yaitu:
Persembahan minimal orang Kristen yg
memiliki penghasilan ialah sepersepuluh (Maleakhi 3:10), Matius 23:23, Kj
28:22; Kj 14:20; 2 Kor 9:6
Memberi persembahan itu haruslah dengan sukarela dan bukan atas dasar paksaan, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor 9: 7)
Pemberian persembahan itu haruslah kita lihat sebagai ungkapan syukur kepada Allah dan menjadi bagian dari peran kita sebagai kawan sekerja Allah dalam pelayanan kasih (2 Kor 9:8). Termasuk pelayanan orang-orang kudus, karena orang yang memberitakan injil harus hidup dari pemberitaan itu (Galatia 6:6).
Pemberian orang percaya kepada Tuhan, tidak akan menimbulkan kekurangan, melainkan melipatgandakan milik dan memproteksi harta kita dari segala kerugian yg tidak perlu, (Maleakhi 3:11; 2 Kor 9: 8-10).
Pemberian dan persembahan orang percaya harus didasarkan pada kasih Kristus dan kasih terhadap sesama (ayat 13-14).
Secara matematis, setiap persembahan berarti pengeluaran dan pengurangan nominal uang kita. Namun secara teologis, mengembalikan milik Tuhan itu justru menghasilkan yang sebaliknya dan menimbulkan sukacita. Mengapa? Karena memberi persembahan itu, berarti kita memuliakan Tuhan. Kita mengakui semuanya bersumber dari pada-Nya. (II Tawarikh 31:5-10). kemudian kita menunjukkan terimakasih atas segala berkat yg kita sudah terima.
Di Minggu-minggu sengsara ini, saat kita mengenang dan merayakan korban Yesus kristus marilah kita sempurnakan sukacita kita dengan memberi korban persembahan sesuai ukuran yg Tuhan tetapkan. Mari kita persembahkan dengan ikhlas dan dengan motivasi yang murni pula sambil mengingat korban Kristus. Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya untuk kita dan melaluinya kita menjadi umat kesayangan-Nya. Bukankah sebagai umat kita harus meneladani yang dilakukan Gembala Agung kita? Kalau Dia sudah memberi yg terbaik bukankah kita harus memberi korban untuk kemuliaan nama-Nya? AMIN.
Memberi persembahan itu haruslah dengan sukarela dan bukan atas dasar paksaan, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor 9: 7)
Pemberian persembahan itu haruslah kita lihat sebagai ungkapan syukur kepada Allah dan menjadi bagian dari peran kita sebagai kawan sekerja Allah dalam pelayanan kasih (2 Kor 9:8). Termasuk pelayanan orang-orang kudus, karena orang yang memberitakan injil harus hidup dari pemberitaan itu (Galatia 6:6).
Pemberian orang percaya kepada Tuhan, tidak akan menimbulkan kekurangan, melainkan melipatgandakan milik dan memproteksi harta kita dari segala kerugian yg tidak perlu, (Maleakhi 3:11; 2 Kor 9: 8-10).
Pemberian dan persembahan orang percaya harus didasarkan pada kasih Kristus dan kasih terhadap sesama (ayat 13-14).
Secara matematis, setiap persembahan berarti pengeluaran dan pengurangan nominal uang kita. Namun secara teologis, mengembalikan milik Tuhan itu justru menghasilkan yang sebaliknya dan menimbulkan sukacita. Mengapa? Karena memberi persembahan itu, berarti kita memuliakan Tuhan. Kita mengakui semuanya bersumber dari pada-Nya. (II Tawarikh 31:5-10). kemudian kita menunjukkan terimakasih atas segala berkat yg kita sudah terima.
Di Minggu-minggu sengsara ini, saat kita mengenang dan merayakan korban Yesus kristus marilah kita sempurnakan sukacita kita dengan memberi korban persembahan sesuai ukuran yg Tuhan tetapkan. Mari kita persembahkan dengan ikhlas dan dengan motivasi yang murni pula sambil mengingat korban Kristus. Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya untuk kita dan melaluinya kita menjadi umat kesayangan-Nya. Bukankah sebagai umat kita harus meneladani yang dilakukan Gembala Agung kita? Kalau Dia sudah memberi yg terbaik bukankah kita harus memberi korban untuk kemuliaan nama-Nya? AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar