3 Yohanes 1-15
“Saudara yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau
baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu
baik-baik saja.” (ayat 2)
Untuk mencapai sebuah tujuan dibutuhkan perencanaan yang cermat,
penghitungan yang akurat serta kompetensi yang memadai. Selain itu strategi mencapai
tujuan tak bisa diremehkan, termasuk membangun hubungan dengan orang lain serta
motivasi yang mendasari hubungan tersebut dibangun. Hal itu penting, sebab pencapaian
serta kebahagiaan saat mencapai tujuan tak bisa dipisah kan dari hubungan-hubungan
Contoh, sampai saat ini sudah tak
terhitung orang yang berhasil menaklukkan puncak Everest, tetapi tidak ada
seorangpun yang pernah sampai ke puncak gunung tersebut dengan kekuatan diri
sendiri. Penakluk gunung tersebut membutuhkan penujuk jalan, pengawas dan
pengangkut perbekalan, bahkan membuthkan teman saat menikmati
puncak. Memang tidak ada keberhasilan sejati tanpa dukungan orang lain. Semakin
besar target yg ingin diraih dan semakin tinggi sasaran yang harus dicapai
semakin besar pula dukungan orang dibutuhkan. Dan semua memahami hal tersebut. Namun keserakahan seringkali membuat orang menghianati rekannya dan melupakan rekan seperjuangannya. Itulah yang harus kita waspadai bersama. Keserakahan dan kepentingan diri
harus sungguh-sunguh dilenyapkan. Salah satu esensi iman orang Kristen ialah
menjadi sesame bagi orang lain. Keberhasilan dimulai bersama orang lain dan
seharusnya juga dinikmati bersama orang lain. Itulah salah satu esensi menjadi sesame.
Sukses individu haruslah menjadi sukses
bersama.
Dalam suratnya kepada Gayus,
Yohanes memberi penekanan secara khusus tentang hal tersebut. Selain ia
bersukacita atas keberhasilan sahabatnya tersebut, Yohanes mengharapkan Gayus lebih berbahagia dengan
mengajak saudara sepersekutuannya untuk turut menikmati keberhasilannya
tersebut. Yohanes berharap tubuh jiwa dan roh Gayus terpelihara sempurna
seutuhnya.
Ada beberapa hal yang dapat kita buat sebagai pelajaran dari Ungkapan Yohanes tersebut, yaitu
Ada beberapa hal yang dapat kita buat sebagai pelajaran dari Ungkapan Yohanes tersebut, yaitu
Pertama, sukacita sejati saat berhasil akan dinikmati jika kita mengikut sertakan orang lain bersukacita karena keberhasilan tersebut. Ketika Yesus sudah
menaklukkan maut, DIA memberikan umat-Nya kebahagiaan dengan jaminan. Yesus Kristus bersabda: “kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”. (Mat 28:19-20). Sebuah sikap perduli dan penuh empati. DIA tidak mau umat-Nya hidup dalam
ikatan kekalahan, keraguan dan kecemasan. Oleh sebab itu DIA memberikan
penegasan mengenai status, tugas dan kuasa orang percaya, ( Kis 1:8 ). Yohanes memuji Gayus karena dia mengambil bagian dalam pekerjaan gereja dengan menunjukkan kualitas karakter menjadi anggota sebuah persekutuan.
Kedua, Yohanes menegaskan bahwa hubungan-hubungan di tengah-tengah
dunia merupakan sebuah rangkaian yang dapat terus-menerus menopang seseorang menuai keberhasilan demi keberhasilan. Bahkan hubungan-hubungan tersebut merupakan salah
satu indicator utama yg menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk ilahi
sekaligus makluk social. Waktu Anasias dan Safira mencoba merusak sikap saling
perduli orang-orang percaya, Roh Kudus membunuh suami-isteri tersebut. (Kis Ras
5:1-11). Tuhan memberi pesan yang keras; ragi kemegahan diri tak boleh beranak pinak didalam persekutuan Kristen.
Allah memiliki rencana yang jelas
bagi manusia. yakni adil dan sejahtera bersama. Yang kuat menopang yang lemah
supaya jadi kuat, yang lemah bersyukur dan menghargai dukungan yg diterima
sekaligus berjuang mandiri dan kuat, dan setelah kuat, kembali ikut menopang orang
lemah lain, demikian seterusnya. Intinya, Tuhan merencanakan setiap orang
mengarahkan muka sekaligus membuka mata dan mengulurkan tangan terhadap orang
lain. Semakin tinggi derajat social yg kita sandang, mestinya semakin besar pula kita menunjukkan keperdulian terhadap yang lain. Keperdulian merupakan tanda bahwa seseorang itu murid Kristus yang oleh
keperdulianNya berkenan meninggalkan kemulianNya.
Konkritnya, Kalau membangun kerjasama
harus tulus. Saat membagi untung yang sedikit harus sama, apalagi jika membagi untung yang besar, harus bagi rata, Heleluyah, Amin !! (Doaku menyertai saudara, Pendeta Haposan Hutapea, STh, MA)
Jika anda diberkati melalui renungan ini dan rindu membantu Pengadaan Gedung GBI Aletheia Pamulang, kirimkan Donasi anda ke BCA 0671025708.Atau bapak/ibu datang ke tempat kami beribadah, jam 10.00 WIB.