Sungguh alangkah baiknya sungguh alangkah indahnya
apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.
Hidup damai, rukun dan harmonis merupakan sebuah kualitas hidup impian
setiap orang. Banyak rukun, banyak berkat, tidak rukun tidak ada berkat sebab Allah tidak hadir. Hidup rukun itu sangat penting. Namun saat ini keadaan seperti itu semakin hari semakin langka
bahkan cenderung mendapatkan tantangan besar. Damai dan rukun hilang dari
lingkungan sosial masyarakyat, dari keluarga, bahkan dari lingkungan gereja. Tak
bisa dipungkiri, gaya hidup modern membuat kasih antar sesame terhidrasi,
hilanglah empaty, terkiskislah toleransi dan punahlah silaturrahmi .
Dalam nats diatas
raja Daud mengungkapkan situasi keluarga dan bangsanya yg sedang menghadapi
ancaman. Dan anehnya ancaman tersebut bersalah dari lingkungan keluarganya sendiri.
Kerajaannya terancam pecah, sementara dlingkungan keluarga mulai timbul
benih-benih permusuhan. Sebab itu Raja Daud sangat merindukan masyarakyat dan
anggota keluarganya memahami dampak besar hidup rukun dgn mengganmbarkannya
dengan minyak urapan dan embun gunung yang menyegarkan, yaitu:
Pertama, minyak yang
baik. Minyak yang baik adalah minyak urapan
yang mahal, minyak yang dituangkan ke atas kepala Harun dalam pelantikan
sebagai imam. Minyak langka sekaligus mahal. Dengan minyak itu seorang Imam
ditahbiskan dan diurapi sekaligus disucikan untuk menjalankan tugas
pelayanan. Saat minyak tersebut dituang, maka bau yg semerbakpun akan
tercium disekeliling. Demikian juga rasanya kalau kita hidup damai dan rukun,
kita akan membawa dampak positif yg luar biasa bagi tubuh kita sendiri , bagi keluarga dan
menjadi berkat bagi orang yang lain.
Kedua, embun gunung
Hermon. Puncak gunung Hermon ditutupi salju
sepanjang tahun, sementara daerah di sekitarnya sangat kering. Oleh karena itu
embun dari gunung hermon tidaklah mungkin mencapai bukit Sion yang dibatasi
oleh lembah dan kering. Namun di sinilah rahasinya, yaitu semua dapat terjadi
hanya karena Tuhan. Demikianlah juga dengan kerukunan, Kalau Tuhan sudah hadir
didalam kehidupan seseorang, maka segala bentuk penghalang terciptanya damai
dan rukun akan mudah dilenyapkan. Sebaiknya setiap orang termotivasi untuk
membuka diri untuk menerima dan rindu mengerti orang lain. Konkritnya, Hidup
yang saling menghargai tercipta karena semua sama-sama menyadari diri sebagai
mahluk Tuhan yang memiliki potensi-potensi khusus sekaligus memiliki
kebutuhan-kebutuhan khusus pula. Itulah sebabnya Paulus berkata,
“bertolong-tolonganlah kamu menanggung bebanmu!” (Galatia 6:2). Artinya, didalam
sebuah komunitas selalu ada yang sanggup memberi pertolongan dan sebaliknya
selalu ada orang yang membutuhkan pertolongan. Oleh sebab itu gaya hidup
individual dan eksklusivisme harus disingkirkan supaya kebahagiaan akibat
kerukunan tersebut dapat dinikmati bersama. Damai sejahtera merupakan visi
kudus Allah untuk umatNya dan hal tersebut hanya dapat dinikmati jika setiap
orang menerima orang lain dalam ketulusan, seperti yang Tuhan Yesus firmankan
“..... supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu” (Yohanes
17:22).
Saudara! Kerukunan
itu sangat sulit., tetapi harus. Apa jadinya jika sebuah keluarga atau gereja terpecah. Harus diakui setiap orang memiliki keunikan tersendiri yang tidakmudah untuk bersatu dalam kebersamaan. Ada gesekan, ada penolakan bahkan ada pertengkaran. Dan disitulah dibutuhkan nilai pengampunan. Selanjutnya, bersama Tuhan Yesus Kristus dan dengan dilandasi
pemahaman berlimpahnya berkat, setiap orang akan mengusahakan dan mewujudkannya terciptanya kerukunan. Bukankah untuk itu berlaku juga kuasa Tuhan ?, AMIN.