Tuhan itu Ajaib, Percayalah !!
Kejadian 17:1-27
“.Mungkinkah bagi seorang
yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara , yang telah
berumur Sembilan pulluh tahun tahun iu
melahirkan seorang anak?”
Jawaban dari nats diatas ialah “tidak mungkin!”. Dahulu,
sekarang dan besok hal itu tidak akan mungkin. Namun apa yang tidak mungkin
bagi manusia, bagi Tuhan semuanya mungkin, Haleluyah!! Bagi Tuhan tak ada yang
mustahil demikianlah sabda Malaikat (Lukas 1:37). Hal yang sama di maklumatkan
Tuhan Yesus Kristus (Markus 11:23-24). Salah satu rahasia kegagalan orang sehingga
tidak memiliki spiritualitas yang baik ialah selalu menaklukkan firman Tuhan dibawah
akalnya. Abram, orang yang beriman itu melakukan hal yang sama. Saat Tuhan
bersabda, Abraham tertawa ragu. Dia melihat tubuhnya yang tua dan isterinya
yang sudah sepuh layu. Sabda Tuhan itu banyak yang tak masuk akal manusia. Dan itulah
salah satu sifat Tuhan. Jalan dan pikiran-Nya melampaui akal dan pikiran
manusia. Tetapi didalam ketinggian jalan dan pikiran-Nya, kita melihat dan
mengakui kebesaran-Nya (Yesaya 55:8-9). Oleh sebab itu kita perlu mendeteksi
perasaan-perasaan yang sering membuat kita meragukan firman Tuhan.
Perasaan
seperti apakah itu?
Perasaan ragu. Dalam nats hari ini, firman Tuhan memerintahkan supaya kita
meninggalkan segala bentuk keraguan. Ragu adalah salah wujud keduniawian. Kerohanian seperti itu menghambat mujizat dan
campur tangan Tuhan. Pola hidup duniawi akan senantiasa menimbulkan
masalah oleh sebab itu harus disunat. Semua harus disunat. Tidak boleh ada
kompromi. Sunat melambangkan pembersihan dari segala kenazisan. Kenazisan adalah dosa dan esensinya adalah duniawi.
Sebab itu harus dikerat kemudian dibuang. Saat Abram taat, Tuhan mulai merealisasi
janji-janji-Nya. Sikap Abram yang segera taat dan melakukan firman Tuhan layak kita teladani. Jika ingin lebih dalam
menikmati janji-janji Tuhan, konsistensi komitmen serta kualitas persekutuan yang
menghasilkan buah harus direalisasikan.
Perasaan Takut. Takut itu bagai beban berat
dipundak kita. Perasaan takut itu Menghambat gerak dan pandangan kita sehingga tidak menemukan jalan
yang rata. Takut membuat kaki kita terantuk, membuat kita terjatuh dan dikuasai
masalah. Intinya, takut adalah awal kegagalan. Karena takut, orang berhenti
tidak berani berinsiatif. Di dalam takut iman hilang, hati menjadi tawar.
Itulah sebabnya firman “ jangat takut “ merupakan kalimat yang dominan didalam
Alkitab. Saat ini zaman modern, zaman dimana semuanya serba mudah, canggih,
cepat. Namun semakin maju zanman, semakin konpleks pula sumber takut manusia.
Saat
Abraham dilawat Tuhan, dia bertindak. Takut dan ragu lenyap. Atmosfir sorgawi melingkupi.
Dia mengalami perubahan spiritualitas sekaligus pola berelasi. Ragu menjadi
yakin, takut menjadi berani dan akhirnya menjadi berkat besar. Menjadi berkat
disegala keadaan, merupakan rancangan Tuhan bagi setiap umat-Nya. Menjadi
berkat dikala senang adalah biasa. Tetapi menjadi berkat dikala susah,
merupakan sebuah perbuatan langka.
Hidup
yang kita nikmati adalah karunia-Nya. Dilayakkan melayani pekerjaanNya dan
terpelihara saat melakukan aktifitas setiap hari adalah berkat Tuhan. Kita
mempunyai uang, harta benda, dan hidup sehat adalah anugerah-Nya. Semua adalah
anugerah-Nya. Kita hanya dituntut untuk mengakui anugerah tersebut dan
menyatakan kepada dunia perbuatannya yang gagah perkasa tersebut.
Orang
duniawi menganggap hidup ini berjalan dengan sendirinya. Mereka berkata, hari
berganti hari, malam berganti pagi merupakan rotasi alam yg semestinya terjadi.
Itu sudah alami tak ada yang kreasi. Mereka keliru!! Semuanya adalah kreasi
Tuhan. Mari kita mengakui peran dan
kuasa kebesaran Allah. Saudara, Tuhan kita itu ajaib, semuanya ada didalam
aturan dan dirancang-Nya. Tuhan ingin kita leluasa menikmati berkat-Nya dan
menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Mari kita belajar seperti Abraham yang
menunjukkan ketaatan kepada firman-Nya, Amin. (Pdt. Haposan Hutapea, STh, MA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar