(Ulangan 6:1-15)
Maka berhati-hatilah, supaya engkau jangan melupakan TUHAN (ay 12)
Orang
yang kenyang, akan cepat mengantuk. Orang yang mengantuk, akan segera tertidur,
dan orang yang tertidur akan lupa segala sesuatu. Musa pernah mengalami hal itu. Ketika tiba saatnya Musa berpisah dengan bangsanya, Musa memperingatkan umat Israel akan bahaya kemampanan. Dan supaya mudah dipahami bangsanya, ia
memakai bahasa kiasan tentang perut yang kenyang. Musa berkata “ … apabila
engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan
engkau melupakan TUHAN …” (Ulangan 6:
11-12).
Peringatan
ini diucapkan Musa dalam pidato perpisahan dengan umatnya. Umat akan mengahkiri
pengembaraan selama 40 tahun yang penuh penderitaan, sementara Musa harus mengahiri perjalanannya sampai digunung Nebo. Selama 40 tahun mereka
menderita kelaparan, serba kekurangan dan seakan-akan tanpa kepastian. Tetapi
sekarang mereka menghadapi babak baru, yakni bersiap memasuki negeri yg
berlimpah susu dan madu. Mereka akan segera masuk dan menetap di negeri yang
dijanjikan. Mereka akan hidup berkecukupan, nyaman dan mapan, Haleluyah Puji
Tuhan! Dan sebelum tiba masa itu, Musa
mengingatkan, supaya waspada dengan kemampanan. Jangan sampai melupakan Tuhan sumber rezeki dan jangan lupa bersyukur! Setiap keinginan untuk mengagungkan diri sendiri harus sedini mungkin disingkirkan. Alkitab menyaksikan, dikemudian hari orang Israel jatuh kepada dosa tersebut. Melupakan Tuhan sebagai sumber dari segala kebaikan merupakan sebuah gejala kemerosotan rohani yang perlu diwaspadai. Melupakan Tuhan berarti sombong, lupa diri dan merupakan bentuk pemberontakan kepada Allah. Dampaknya ialah, status umat Allah berubah menjadi pengikut Lucyfer yang merupakan bapa dari segala pemberontak.
Orang Kristen banyak berbuat seperti orang Israel tersebut. Saat susah, berteriak kepada Tuhan, dan Tuhan turun tangan. Tetapi setelah ditolong, lupa Tuhan! Waktu sedang susah bertekun dalam persekutuan, setelah menerima kelegaan meninggalkan persekutuan. Itulah bahaya yang sering mengancam umat Tuhan: mudah lupa pada Dia yang memberi!
Orang Kristen banyak berbuat seperti orang Israel tersebut. Saat susah, berteriak kepada Tuhan, dan Tuhan turun tangan. Tetapi setelah ditolong, lupa Tuhan! Waktu sedang susah bertekun dalam persekutuan, setelah menerima kelegaan meninggalkan persekutuan. Itulah bahaya yang sering mengancam umat Tuhan: mudah lupa pada Dia yang memberi!
Ayub
adalah seorang yang hartanya berlimpah-limpah. Tetapi tidak memegang harta
miliknya dalam tangan yang tertutup tetapi dengan tangan yang terbuka. Ayub menyadari
bahwa semua miliknya merupakan titipan yang dipercayakan Tuhan dan batasan waktu penitipan tersebut merupakan kedaulatan Allah. Saat keadaannya berubah, terbukti Ayub tidak pernah lupa sumber rejekinya
dan tetap mengakui kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Dalam situasi yang sangat
sulit, Ayub mampu berkata “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah
nama Tuhan!” Melalui ungkapan itu, Ayub secara tersirat mengatakan, jika kita selalu
mengakui segala milik adalah titipan Tuhan, maka saat hilang, Tuhan akan
gantikan (Ayub 42: 10-17), saat dipersembahkan, Tuhan akan kembalikan (Ams
3:9-10). Hal yang sama juga diakui oleh raja Daud: “… sebab dari padaMulah
segala-galanya… dari tanganMu sendiri dan punyaMulah segala-galanya”. (1
Tawarikh 29:14-16)
Bagaimana
dengan saudara? Apakah yang saudara perkatakan dan lakukan dengan rezeki yg
diberikan Tuhan tersebut? Allah ingin kita berkata seperti rasul Paulus: “sebab
segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia: bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36). Semua yang kita anggap sebagai
milik, mari kita pegang dengan tangan terbuka. Saat Tuhan mau tambahkan, kita sudah
siap. Demikian juga saat Tuhan memerlukan, kita pun sudah siap, Haleluyah, Amin.