KESAN DAN PESAN SEBAGAI GEMBALA JEMAAT
TAHUN 1995-2005
Pdt. Haposan R Hutapea, STh, MA
Kesan
Tuhan merancang GKOI
Pondok Pucung menjadi besar sekaligus berdampak besar. Hal itu tampak dari
sejarah gereja dan lokasi jemaat tersebut berada. Tuhan menggerakkan generasi pertama hamba-hamba Tuhan ( calon calon Majelis Jemaat yg pertama) untuk berkumpul berdoa. Mereka mencari kehendak Tuhan sekaligus bergerak. Mereka bergerak untuk mencari cara untuk memenuhi
kebutuhan spiritualitas pribadi dan keluarganya. Dan juga gerakan untuk mewujudkan kesadaran bahwa gereja (pribadi yg percaya) tidak hanya dipanggil keluar dari kegelapan tetapi juga dipanggil bersekutu
dengan sesame gereja (orang percaya) yang lain. Nampaklah disini misterium rencana
Allah untuk menghadirkan sekaligus mendirikan gereja-Nya ( Sidang Jemaat ). Jadi
dalam iman saya melihat, kehadiran Komplek Perumahan Pondok Pucung merupakan
sebuah alat (Rekayasa) Tuhan untuk mewujudkan rencana Agung-Nya untuk kehadiran
Jemaat tersebut. Roh kudus bekerja menggerakkan para pendiri dan setiap anggota
jemaat mengambil keputusan untuk berdomisili di Komplek Perumahan Pondok Pucung
dan sekitarnya kemudian menjadi bagian dari jemaat tersebut.
Kehadiran Tuhan dalam
sejarah perjalanan GKOI Pondok Pucung sampai berdiri ditempat yang sekarang ini
dapat saya dengar, saya lihat dan saya
rasakan. Ternyata tidak sedikit tantangan yang dialami para pendiri untuk
mewujudkan rencana Tuhan buat gereja-Nya tersebut. Banyak factor yang menghambat.
Faktor eksternal dan factor internal sungguh sangat kental. Dari sudut eksternal,
sebagai gereja Tuhan, GKOI Pomdok Pucung tidak dapat dilepaskan dari berbagai
hambatan, intimidasi serta ancaman. Sebab kehadiran sebuah agama lain dengan
penyembahan ‘yang aneh’ untuk warga setempat sungguh sesuatu yang asing. Dari
internal jemaat tidak sedikit gerakan
untuk memecah belah umat demi kepentingan pribadi atau kelompok yang mencoba
membawa jemaat bergabung dengan denominasi gereja asal mereka masing-masing.
Hambatan lain yang tidak dapat dianggap sepele ialah, kehadiran seorang
Pelayan. Jarak yang jauh dari Jakarta dengan alat transfortasi yang minim
menjadi penghambat seorang Pelayanan mewartakan firman Tuhan. Tetapi Puji
Tuhan, Jemaat GKOI Pondok Pucung semakin bertumbuh bahkan semakin kuat.
Setiap sejarah selalu meninggalkan
jejak perjuangan para pahlawan yang tidak kenal lelah. Banyak orang yang
mempersembahkan waktu, tenaga, uang dan pikiran mereka demi pekerjaan Tuhan. Mereka
mengorbankan apa saja yang bisa mereka korbankan. Itulah sebabnya setiap generasi
anggota jemaat dan setiap generasi kemajelisan GKOI Pondok Pucung harus mengenang
para pahlawan iman tersebut dan memberikan apresiasi melalui estafet pengabdian
yang lebih kudus dan tulus.
Dalam konteks seperti
itulah penulis hadir di GKOI Pondok Pucung. Sebagai gembala jemaat, saya melihat
dan bergaul dengan rekan-rekan ( generasi pertama) yang penuh semangat dengan kompetensi yang teruji
dari berbagai dimensi spesialisasi ilmu dan ketrampilan. Mereka melayani dengan
totalitas. Mengatasi masalah dengan lugas dan bekerja sampai tuntas. Semua
dilakukan tanpa pamrih. Mereka kompak tak tergoyahkan. Mereka membuka diri
membangun sinergi dengan berbagai organisasi, tetapi mereka sungguh mandiri. Sebagai
bagian Sinode GKOI, mereka taat ordonansi organisasi namun tidak sudi di
intervensi oleh siapapun. Itulah sebabnya GKOI pondok Pucung seringkali menjadi mentor
dalam menjalankan tata pelayanan terstruktur sekaligus oikumenis. Untuk
pembinaan jemaat mereka mengingat dan menerapkan pesan alm Pdt CH Rambadeta yang
menekankan: “Kotbah harus berbobot Protestan tetapi semangatnya harus karismatik“ Melalui
pemahaman latar belakang perjuangan para pendiri seperti itulah saya mampu
mengerti dan menerima sikap bapak atau ibu pendiri jemaat yang kelihatanya sangat
dominan dalam urusan organisasi dan
pelayanan gerejawi.
Sebagai Gembala Jemaat
selama 10 tahun, saya sangat bersyukur menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sejarah GKOI Pondok Pucung. Sebagai orang yang masih “hijau” dalam pelayanan
saat itu, Pondok Pucung merupakan lembah pendidikan strata lanjutan sekaligus ladang pelayanan yang sesungguhnya. Baik
dalam organisasi, pelayanan bahkan dalam interaksi social. Di GKOI Pondok
Pucung saya belajar mengenal dan mengerti orang dengan berbagai latar belakang
karakter dan sifat. Kesan saya, GKOI Pondok Pucung akan semakin maju dan akan
terus bergaung lebih dahsyat lagi. Haleluya.
Pesan.
Untuk
pesan, saya akan mengutif renungan yang saya tulis dalam rangka memotivasi sidang
jemaat GKOI Pondok Pucung untuk mewujudkan Pelayanan kedukaan Bunga Bakung, setelah
rencana yang diwacanakan di Situ Gintung tersebut disetujui oleh rapat Majelis
Jemaat saat itu.
Judul Renungan:
Bunga Bakung
Hosea 14:6-9
Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga
seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar (ayat
6.)
Bunga bakung, bunga idaman, ber warna-warni
menawan mata dan menarik hati. Banyak di padang, indah dipandang, terpatri
abadi di tiap tiang rumah Tuhan (I Raj. 7: 19,22)
Bunga bakung itu
melambangkan manusia
(Jemaat GKOI Pondok Pucung) dipanggil dan dirancang untuk
kemulian nama Tuhan. Bunga Bakung tersebut menjadi visi Tuhan untuk seluruh umat
manusia. Bunga bakung juga lambang manusia yang ‘hari ini’ gagah dan sehar tetapi besok hari sudah tidak ada. Tuhan mendandani bunga bakung sedemikian indah
melebihi kemilaunya dandanan yang diciptakan dan yang dimiliki oleh manusia.
Oleh sebab itu melalui ‘bunga bakung’ kita akan melihat dampak kehadiran Tuhan
yang luar biasa di setiap hidup manusia yang berserah kepadaNya, yaitu:
Pertama. Setiap orang yang percaya akan
dimampukan untuk menjadi saksi yang besar di setiap lingkungan masing-masing.
Bagai bunga bakung yang berbunga, manusia itu (Jemaat GKOI Pondok Pucung)
dituntut untuk memancarkan keindahan dan keharuman. Jemaat harus aktif dinamis,
tidak pasif. Jemaat GKOI Pondok Pucung harus berusaha menjadi solusi bukan
pembuat kontroversi. Menjadi historys maker, bukan trouble maker. Jemaat GKOI
Pondok Pucung dirancang Tuhan menjadi
berkat besar sekaligus berdampak besar !!
Kedua. Tuhan
merancang setiap orang yang percaya ( Jemaat GKOI Pondok Pucung) kuat
seperti “Petra”. Saat menghadapi tangtangan tidak tergoyahkan. Tidak mudah
kecewa dan tidak mengecewakan orang lain. Tidak mudah mundur dari gereja dan
tidak membuat orang lain mundur dari gereja. Kalau
anggota jemaat seorang laki-laki, diharapkan
menjadi pria yang berbibawa yg tidak mudah mengumbar kata. Kalau anggota jemaat
seorang wanita, dipanggil menjadi seorang wanita yang anggun mulia, mampu menahan
diri mengumbar kata dan fitnah. Bagai
pohon hawar ia akan menjulurkan dan menancapkan akar-akarnya hingga tahan di
segala musim dan kuat di setiap badai dan terjelma bagai karang yang tak
tergoyahkan oleh apapun. Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja merancang semua
pelayan GKOI Pondok pucung dan anggota sidang jemaatnya menunjukkan karakter luhur seperti itu.
Ketiga. Tuhan merindukan Setiap orang percaya
menghasilkan buah dan menjadi berkat. Memandang semua
orang sebagai saudara dan membuat orang lain menjadi rekan menggapai mimpi melalui sinergi. Jemaat Pondok Pucung dipanggil bersukacita ketika saudaranya berkemenangan
dan tetap rendah hati saat dia mencapai puncak. Mampu hadir saat orang lain berduka dan bergegas mengulurkan tangan tatkala orang lain
merana. Bunga bakung Tuhan
adalah orang yang selalu menyadari, bahwa seorang kawan berpotensi sejuta
peluang, tetapi meninggalkan seorang kawan berpotensi sejuta hambatan. Itulah sebabnya setiap orang perlu berusaha
membangun persaudaraan, bahkan sekalipun kawan kita tersebut sering
mengecewakan. Tuhan menghendaki setiap anggota jemaat GKOI Pondok Pucung membangun karakter persekutuan yang diakonal, oikumenis dan sepenanggungan.
Tuhan itu selalu menginginkan umatnya
terpelihara kemudian bergerak memelihara sesamanya. Kekristenan dituntut untuk selalu dapat
menselaraskan hak dan tanggung jawab. Itulah sebabnya Tuhan Yesus Kristus menginspirasikan
nama “Bunga Bakung” tersebut menjadi sebuah bidang pelayanan yg kehadirannya ternyata sangat berdampak hebat di GKOI Pondok
Pucung.. Menjadi Jemaat ala bunga bakung itu Indah. Melaluinya tantangan berubah jadi
sarana untuk berkembang dan kehadirannya selalu dirindukan oleh semua orang. Demikianlah pesan dari saya. Ecclesia reformata ekklesia semper reformanda.
Tuhan
Yesus Kristus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar