Sabtu, Juli 02, 2016

DIMANAKAH AYAHMU?

Efesus 6:1-9
Hai anak-anak taatilah orang tuamu didalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan I bumu (ayat 1-2b).
Secara social kita sering melihat anak-anak jauh lebih dekat dan ekspresif dngan ibunya. Se akan-akan anak dapat lahir tanpa ayahnya. Kenyataan seperti itu berlanjut saat anak-anak dewasa. Sehingga sangat sering kita melihat seorang ayah menderita sendiri dihari tuanya karena anak-anaknya tidak perduli. Sebagai orang Kristen kita perlu waspada tentang hal tersebut. Firman Tuhan mengatakan, anak harus taat dan hormat kepada ayah dan kepada ibunya. Perhatikanlah dikatakan bukan hanya kepada ayahnya atau hanya kepada ibunya, melainkan kepada keduanya, utuh!!. 
Tantangan untuk taat kepada kedua orang tuanya berkaitan dengan kekeliruan yang berhubungan dengan kedekatan secara fhisdik dan emosi anak terhadap seorang ibu, sehingga melupakan rangkaian tugas dan tanggungjawab serta peran yang tidak kelihatan yang berakibat anak mengesampingkan peran ayah dalam kehidupan seorang anak. Sama sepeti iabu dekat dan saying kepada anakdemikian juga bapa, sangat saying terhadap anak-anaknya. (Mazmur 103:13). Kutipan dari Watshap dibawah ini dapat membuka perasaan kita sehingga kita menjadi prbadi yang mengahargai kedua orang tua kita seutuhnya.
"Mungkin ibuku lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil, ibuku lah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih, ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit demam, ayah membentakku *"Sudah diberitahu, Jangan minum es!”*
Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis di depan ibu.
Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata *“Tidak boleh!"*
Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, karena beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya.Ayah lah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, *”Dimana, dan sedang apa aku diluar sana?”*
Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayah lah yang berkata: *"Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama."*
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, *'kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.'*
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayah lah yang mengabari sanak saudara, *”Anakku sekarang sukses. Alhamdulillah”*
Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya.
Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihat ku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia.
Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis?
Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, *"Ya Tuhan ku, tugasku telah selesai dengan baik dengan pertolongan-Mu. Kami mohon kepada-Mu, bahagiakan lah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya."*
Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah : 
"Anakku.., Memang ayah tidak mengandungmu,tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat di namamu..*
*Memang ayah tak melahirkanmu...Memang ayah tak menyusuimu,..tapi dari keringatnya lah setiap tetesan yang menjadi air susumu…*
*Nak....Ayah memang tak menjagai-mu setiap saat,...tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya…*
*Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…*
*Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda,...karena kecintaannya dia takut tak sanggup melepaskanmu…*
*Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..*
*Bunda hanya ingin kau tahu Nak..bahwa…Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..*. 
*Anakku…Ketahui lah bahwa pada diri ayahmu lah juga terdapat surga bagimu…Maka hormati dan sayangi ayahmu.*
Hukum kelima, didahului “……..hormatilah ayahmu..”. 
Apakah anda salah seorang yang sering mengesampingkan peran ayah dalam hidupmu? Atau anda sering meredahkan ayahmu?. Bertobatlah hari ini juga. Pulihkan hubunganmu dengan ayahmu. Sebab dialah sumber segala kebaikan. Biarkanlah sumber itu terus mengalir deras. Dengan demikian engkau dapat karunia panjang umur dan berkatmu semakin tercurah berlimpah, Amin.


Tidak ada komentar:

BUKU KEHIDUPAN

Haleluya!! Saudaraku, mari menikmati hari ini dengan doa dan puji untuk mengukir karya mulia demi hormat dan keagungan DIA Yang Maha Tinggi,...