Shalom...!! Ditengah keramaian sekalipun adakalanya kita merasa sepi, sunyi. Bergumul sendiri menghadapi proses hidup yang serba mistery. Saat sepi tersebut, berharap ada yang perduli agar beratnya beban terbagi. Juga berharap ada orang yang membuka hati menaruh simpati sekaligus perduli. Ach, ternyata harapan seperti itu hanya sekedar angan dan mimpi. Hari hari begini setiap orang mikirin diri sendiri, punya problema sendiri. Boro boro mendengar keluh kesah orang lain, diri sendiri saja bingung tak nemu solusi. Sia sia mengharap orang lain, kecewa, rugi. Salah salah yang terjadi justeru dijepit kanan kiri. Orang yang kita anggap suci bisa saja berhati duri. Nuclear family atau extended family sama saja. Oom, tante, ponakan, adek, kakak penghianat juga, pemagut tumit. Maka tak heran banyak orang berucap nazar: "amit amit dah, cukuplah disini! tidak akan dua kali. Sakitnya dihati semakin jadi. Saking sakitnya dihianati, kita pasang palang hati. Saking rapatnya palang terpatri, cinta kasihpun terhidrasi. Bibir mulut yang biasa memuji ilahi ikut bertutur bias, "semua manusia sama, setali".... Serba salah. Orang yg berhati suci murni ikut kena getahnya. Kita rugi sendiri. Lagi, lagi, kembali susah lagi. Akhirnya sesak lagi menangis sendiri lagi. Tubuh lunglai, hati perih bagai tertusuk duri ikan gurami.....
Ooh, ternyata aku keliru, arah berharapku keliru! Aku berharap kepada manusia, maka aku kecewa, gundah gulana. Mestinya aku berharap kepada Tuhan. DIA perduli, DIA menyertai. Kasihnya kekal DIA Mahasetia. Puji Tuhan, Ternyata aku tak pernah sendiri. Dimanapun aku berada, dan situasi apapun yang melanda, Tuhan selalu menemani aku. Simpati dan empati-Nya murni. Tuhan Yesus Kristus selalu hadir menemani. Haleluya. DIA bersabda di Injil Matius 28:20: ....... Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Luarbiasa, senantiasa. Oooh puji Tuhan, ternyata diriku dan dirimu tak pernah sendiri. Gbu always