Sabtu, November 16, 2013

Si Bung, Si Bunga dan Bunga

Matius 6:25-30
Perhatikan bunga bakung di ladang... (28b)
Semua orang suka bunga! Besar kecil, tua-muda, pria, dan wanita pasti suka bunga. Istana nan megah kurang semarak tanpa bunga dan taman yg asri kurang indah tanpa bunga. Dengan bunga manusia menunjukkan perasaannya. Melalui bunga, cinta dan suka diungkapkan, dan dengan bunga pula orang menunjukkan duka citanya. Bahkan oleh bunga, tanah  gersang berubah menawan, panas terik terasa menyegarkan. Mengapa manusia suka bunga? Apakah karena bunga itu harum wangi berwarna-warni dan indah menawan hati? Atau apakah karena usianya yang singkat seperti batas hidup manusia yang singkat? Memang dalam hal-hal tertentu manusia itu sama dengan bunga, yaitu:
Seperti manusia, bunga adalah ciptaan Allah.
Sebagai ciptaan-Nya ia didandani dan dipelihara oleh Allah. Ia mengalami proses pertumbuhan seperti manusia. Bermula dari benih yang sangat kecil, bunga bertumbuh lemah, kemudian berkembang berkelopak warna-warni. Beberapa waktu kemudian menjadi tua dan layu dan akhirnya punah. Seperti manusia, setelah mati ada yang masuk Sorga dan ada yang masuk Neraka, bunga setelah gugur ada yang menjadi pupuk di ladang namun ada pula yang dikumpulkan dan dibuang ke dalam api.
Seperti bunga yang hari ini mekar indah menawan mata, demikianlah nasib manusia. Setelah ia lahir, berumbuh dan berkarya, namun kemudian ia menjadi tua, layu dan akhirnya mati, hilang tak ada bekas. Bedanya ialah, kalau bunga tidak dapat memilih ke kemana ia setelah layu, manusia dapat menentukan arah yang akan ditempuh saat ia mati: ingin dikumpulkan dan dibakar api neraka atau dikumpulkan ke dalam kekekalan yang mulia.

Seperti manusia, bunga kurang menarik kalau hanya hidup sendiri
Setangkai bunga jauh lebih semarak dari sekuntum bunga. Manusia akan terasa lebih berarti jika hidup bersama sesama. Tanpa orang lain, hidup ini tidak akan semarak dan kehilangan gairahnya. Mengapa demikian? Jawabnya ialah, karena orang lain dapat kita buat menjadi sekutu meraih tujuan, atau menjadi pesaing pemicu motivasi untuk berprestasi. Saudara tentu dapat membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa orang lain. Dikantor sendiri, berjalan sendiri, makan sendiri, tidur sendiri. Walau anda berlimpah materi, anda pasti sedih, tak tahan!!!! Itulah sebabnya Tuhan memberikan penolong, sekaligus memanggil kita bersekutu. Itu pula sebabnya kita disebut “umat”  bukan ‘engkau’ dan ‘aku’!. Seorang psikolog berkata “individu yang hidup menyendiri adalah manusia abnormal”.
Manusia memang mahkluk social. Diciptakan untuk bersama dan saling tolong menolongn. Dipanggil bertobat supaya bersama-sama memuliakan Tuhan. Diciptakan untuk bersama manaklukkan dunia, dan diciptakan untuk saling memberi dan saling menerima. Konkritnya di segala tempat dan waktu manusia membutuhkan sesamanya. Di dalam Sorga, orang-orang percaya memuji Tuhan. Di Neraka orang-orang berdosa menjerit dan mengerang karena dahsyatnya hukuman. Sebagai orang percaya mari kita bergegas menyingkirkan kesombongan, antipati, egoisme, karena semua itu berpotensi memisahkan kita dari orang lain. Konkritnya, Saat hidup dan mati kita  membutuhkan orang lain. Bukankah kekuatiran dapat hilang karena ada orang lain bersama kita?, Amin.
(Doaku menyertai saudara, Pdt Haposan Hutapea, STh. MA, Gembala Jemaat GBI Aletheia Pamulang)




Jika anda diberkati melalui renungan ini dan rindu membantu Rencana Pengadaan Gedung GBI Aletheia Pamulang, kirimkan Donasi anda ke BCA 0671025708

Kunci utk Menang

Shaĺom, Selamat pagi. Selamat menikmati pembebasan oleh kuasa Salib Kristus.  *Salib Kristus* adalah bentuk kemenangan nilai kristiani terha...