Markus 10: 30-45
Barangsiapa ingin menjadi besar diantara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (ay 43b)
Seluruh dunia mengakui bahwa Indonesia
kaya dan subur. Dan kalau dikelola
dengan jujur pasti membuat seluruh rakyat Indonesia sejahtera dan makmur. Namun
sampai saat ini, rakyat Indonesia justeru banyak yang tersungkur sementara segelintir
oknum pemimpinnya kaya dan masyhur.
Rakyat yang makmur tidak dapat
dipisahkan dari pemimpin yang jujur. Dan pemimpin yang jujur tidak dapat
dipisahkan dari pemahaman akan makna kepemimpinan itu sendiri. Firman Tuhan
hari ini mengatakan: seorang pemimpin adalah seorang pelayan. Pemimpin bukanlah
penguasa, bukan pula seorang komandan. Pemimpin adalah seorang abdi dan dituntut
menjadi teladan. Salah seorang pemimpin Cina mengatakan “berikan saya 100 peti
mati, dimana 99 merupakan peti mati untuk para koruptor dan satu peti mati
untukku”. Artinya, kalau kemakmuran ingin dinikmati oleh rakyat, pemimpin
haruslah orang yang mampu menunjukkan pola hidup yang berpihak rakyat. Siap
berkorban dan dapat dipercaya. Pemimpin haruslah orang yang merindukan orang
yang dipimpinnya hidup aman dan berkelimpahan, bukan memakmurkan diri sendiri
dan kelompoknya. Ia harus memahami bahwa kesempatan memimpin bukanlah peluang
untuk memperkaya diri melainkan kesempatan yang Tuhan percayakan untuk menggali
dan mengembangkan potensi rakyat yang
dipimpin. Dalam konteks gereja, Pemimpin adalah gembala dan senjatanya adalah tongkat gembala bukan tongkat komando. Tahtanya adalah punggung keledai bukan singgasana permata yang berkilau.
Agar setiap pemimpin mampu
menjadi berkat bagi orang lain, perlu memiliki dua hal seperti yang Tuhan Yesus
ajarkan, yaitu:
Pertama, seorang pemimpin haruslah seorang yang melayani (Markus
10:45a)
Ia memimpin yang melayani. Ia
memberi bukan menerima. Ia rela berkorban bukan menyuruh orang lain berkorban.
Ia memimpin karena ingin melihat komunitasnya maju. Ia memimpin supaya
rakyatnya mandiri dan bebas intimidasi. Ia ingin melihat rakyatnya sejahtera didalam
lumbung yang sarat harta dan permata.
Pemimpin yang memiliki hati yang
melayani merupakan jawaban terhadap bangsa yang Indonesia yang sakit. Dengan
sikap kepemimpinan yang demikian tentu akan membuat masyarakat menolak
terorisme, intimidasi dan penyakit masyarakat lainnya.
Kedua, seorang pelayan haruslah seorang yang membebaskan yang dipimpin dan
menolong mereka berkembang (Markus 10:45b).
Dibebaskan dan dicerahkan
sehingga semua mampu berkembang dan maksimal. Seorang pelayan dipanggil menjadi
pioner dalam keadilan, pioneer dalam iman dan integritas diri. Ia pun harus menghargai dan
mendukung setiap anggota masyarakat yang melalukan kebaikan. Dalam hal inilah
kemurnian seorang pelayan dibutuhkan. Setiap pelayan harus memahami, bahwa Tuhan tidak
membutuhkan kita, melainkan kitalah yang membutuhkan Tuhan. Motivasi akan menentukan perilaku. Motivasi yang luhur akan menghasilkan
perilaku yang luhur pula. Sebaliknya jika motivasi sudah menyimpang, maka
perbuatan jahatpun tidak akan terbendung. Dalam hal itu, Yesus Kristus
memberi keteladanan yg sempurna. Yesus
Kristus membangun motivasi yg luhur agung, dan DIA pun bertindak Agung. Itulah
sebabnya, setiap pelayan dibidang pelayanan apapun, dituntut memberikan yang terbaik, niat yang tulus dan
kerelaan berkorban bagi gereja-Nya, Haleluyah!!!!
Indonesia membutuhkan lebih dari
100 peti mati. Peti mati itu merupakan bagian dari mereka yang menyalahgunakan
kekuasaan. Peti itu harus diberikan kepada setiap orang yang memeras sesamanya,
yang mengeruk kekayaan Negara dan peti mati kepada mereka yg menghalalkan
segala cara untk kepetingan diri.
Mempetimatikan kejahatan
merupakan tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya, dan hal itu pun menjadi
tanggungjawab kita sebagai gereja Tuhan.
Indonesia akan memilih pemimpin
Pemerintahan. Sebaiknya kita memilih pemimpin yang kelihatan masih berpihak kepada rakyat, bukan pemimpin yang pernah mencemari tangannya dengan darah,
periuk dan keringat rakyat, Amin