(1 Samuel. 12:1-8).
Di
sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan TUHAN dan di
hadapan orang yang diurapi-Nya. Lembu siapakan yang telah kuambil, keledai
siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Dari siapakah telah
kuterima sogok sehingga aku harus tutup mulut? Aku akan mengembalikannya
kepadamu. (1 sam. 12:3b).
Orang Kristen dipanggil dari
dunia supaya menjadi pemenang dan menjadi saksi yang besar dan
berdampak besar. Sebagai pemenang kita dituntut menjadi pribadi jujur, rendah hati sekaligus toleran, membuang sikap
congkak dan menyingkirkan cara hidup yang individualistis. Sebaga umat pemenang kita dipanggil untuk selalu menyadari
diri sebagai umat yang harus bersekutu dengan anggota umat lain. Sebagai
Pemenang kita dirancang membangun segala
sesuatu didalam kebenaran dan bertujuan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus. Sebagai
Pemenang kita dipanggil mengamini bahwa kuasa penyertaan Allah tak terbatas. Hal itu berarti, Kasih harus terjelma didalam fakta, bukan
sekedar kata yg terucap. Pemenang sejati memahami bahwa kebersamaan sebagai
umat bukanlah sekedar pemahaman kognitif teologis melainkan esensi real iman
kristiani. Kebersamaan kepada kawan tidak goyah hanya karena perasaan dan
pemikiran yang subyektif. Bahkan demi kebersamaan, kita sebagai umat, harus rela
berkorban kepada Tuhan dan pekejaan-Nya. Hal itu penting, karena Yesus Kristus yang kita percaya sebagai Tuhan
sudah lebih dahulu berkorban buat diri kita. Kalau orang dunia saling sikut dan khianat demi tujuan, tetapi orang yg didalam Tuhan, waktu Khairos harus menjadi pegangan Intinya, Integritas diri sebagai
orang beriman tidak boleh goyah apapun alasannya.
Dalam nats hari ini, Samuel mengungkapkan hal yang sama. Saat perpisahan,
ia berkata lugas dan lantang, tentang sesuatu yang mungkin membuat integritasnya
sebagai hamba Allah tercemar, Ternyata tak seorangpun yg menuduhnya menyalah gunakan kekuasaan. Samuel membuktikan bahwa integritas diri merupakan
modal untuk menikmati kemuliaan dan kebahagiaan yang hakiki. Itulah sebabnya
setiap orang Kristen dipanggil menjad saksi, dengan integritas yang tahan uji.
Namun dalam prakteknya, orang
percaya tidak menjalankan fungsinya sebagai terang, bahkan tidak sedikit yang
menjadi bagian kegelapan. sehingga gelap itu menjadi lebih dominan. Yesus
berkata : “jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan
itu” (Matius 6: 23).
Semakin hari panggilan
kesaksian gereja semakin actual. Kerangka berpikir manusia diera modern ini
semakin berbalik arah. Kejujuran semakin langka, kasih semakin tipis, hati
nurani telah membatu. Menjadi sesama manusia tinggal impian belaka bahkan seakan
kembali mengarah kepada homo homini lupus. Mengapa semua ini terjadi? Apakah kebudayaan
atheis telah memenangkan pertempuran? Dan mungkinkah setan telah mengusai
banyak tempat kudus? Dan bagaimanakah sikap kita sebagai orang percaya menghadapi
kenyataan demikian? Samuel memberikan teladan kepada kita. Cara kerja dan motiv
kerja Samuel sebagai pemimpin menjadi acuan bagi semua orang dalam menjalankan
tugas dan panggilan di segala bidang kehidupan. Motif kerja harus dikuduskan
sehingga berorientasi untuk kesejahteraan orang banyak. Pun motiv melayani harus
dikembalikan kepada motiv luhur nan kudus.
Organisasi gereja dan gedung gereja
harus dirancang untuk menyejahterakan umat bukan hanya sebagai pusat berkumpul. GBI Aletheia Pamulang dirancang
Tuhan untuk mengembalikan prinsip bergereja kepada motiv kudus dan luhur
seperti itu. Hanya dengan motif yang demikianlah setiap orang dapat menggarami
dunia sehingga dengan lantang dapat berkata seperti Samuel “Lembu siapakah yang
telah kuambil?”. mari kita katakan;"Tak ada!!!", Haleluyah, AMIN.
(Doaku menyertai saudara, Pdt Haposan Hutapea, STh. MA, Gembala Jemaat GBI Aletheia Pamulang)