Senin, Februari 29, 2016

B e r a n i T a m p i l B e d a

                         (1 Samuel. 12:1-8).
Di sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang diurapi-Nya. Lembu siapakan yang telah kuambil, keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Dari siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mulut? Aku akan mengembalikannya kepadamu. (1 sam. 12:3b).
 Orang Kristen dipanggil dari dunia supaya menjadi pemenang dan menjadi saksi yang besar dan berdampak besar. Sebagai pemenang kita dituntut menjadi pribadi jujur, rendah hati sekaligus toleran, membuang sikap congkak dan menyingkirkan cara hidup yang individualistis. Sebaga umat pemenang kita dipanggil untuk selalu menyadari diri sebagai umat yang harus bersekutu dengan anggota umat lain. Sebagai Pemenang kita dirancang  membangun segala sesuatu didalam kebenaran dan bertujuan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus. Sebagai Pemenang kita dipanggil mengamini bahwa kuasa penyertaan Allah tak terbatas. Hal itu berarti, Kasih harus terjelma didalam fakta, bukan sekedar kata yg terucap. Pemenang sejati memahami bahwa kebersamaan sebagai umat bukanlah sekedar pemahaman kognitif teologis melainkan esensi real iman kristiani. Kebersamaan kepada kawan tidak goyah hanya karena perasaan dan pemikiran yang subyektif. Bahkan demi kebersamaan, kita sebagai umat, harus rela berkorban kepada Tuhan dan pekejaan-Nya. Hal itu penting, karena Yesus Kristus yang kita percaya sebagai Tuhan sudah lebih dahulu berkorban buat diri kita. Kalau orang dunia saling sikut dan khianat demi tujuan, tetapi orang yg didalam Tuhan, waktu Khairos harus menjadi pegangan  Intinya, Integritas diri sebagai orang beriman tidak boleh goyah apapun alasannya.  
Dalam nats hari ini, Samuel  mengungkapkan hal yang sama. Saat perpisahan, ia berkata lugas dan lantang, tentang sesuatu yang mungkin membuat integritasnya sebagai hamba Allah tercemar, Ternyata tak seorangpun yg menuduhnya menyalah gunakan kekuasaan. Samuel membuktikan bahwa integritas diri merupakan modal untuk menikmati kemuliaan dan kebahagiaan yang hakiki. Itulah sebabnya setiap orang Kristen dipanggil menjad saksi, dengan integritas yang tahan uji. 
Namun dalam prakteknya, orang percaya tidak menjalankan fungsinya sebagai terang, bahkan tidak sedikit yang menjadi bagian kegelapan. sehingga gelap itu menjadi lebih dominan. Yesus berkata : “jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu” (Matius 6: 23).
Semakin hari panggilan kesaksian gereja semakin actual. Kerangka berpikir manusia diera modern ini semakin berbalik arah. Kejujuran semakin langka, kasih semakin tipis, hati nurani telah membatu. Menjadi sesama manusia tinggal impian belaka bahkan seakan kembali mengarah kepada homo homini lupus. Mengapa semua ini terjadi? Apakah kebudayaan atheis telah memenangkan pertempuran? Dan mungkinkah setan telah mengusai banyak tempat kudus? Dan bagaimanakah sikap kita sebagai orang percaya menghadapi kenyataan demikian? Samuel memberikan teladan kepada kita. Cara kerja dan motiv kerja Samuel sebagai pemimpin menjadi acuan bagi semua orang dalam menjalankan tugas dan panggilan di segala bidang kehidupan. Motif kerja harus dikuduskan sehingga berorientasi untuk kesejahteraan orang banyak. Pun motiv melayani harus dikembalikan kepada motiv luhur nan kudus.
Organisasi gereja dan gedung gereja harus dirancang untuk menyejahterakan umat bukan hanya sebagai pusat berkumpul. GBI Aletheia Pamulang dirancang Tuhan untuk mengembalikan prinsip bergereja kepada motiv kudus dan luhur seperti itu. Hanya dengan motif yang demikianlah setiap orang dapat menggarami dunia sehingga dengan lantang dapat berkata seperti Samuel “Lembu siapakah yang telah kuambil?”.  mari kita katakan;"Tak ada!!!",  Haleluyah,  AMIN.

(Doaku menyertai saudara, Pdt Haposan Hutapea, STh. MA, Gembala Jemaat GBI Aletheia Pamulang)



Kunci utk Menang

Shaĺom, Selamat pagi. Selamat menikmati pembebasan oleh kuasa Salib Kristus.  *Salib Kristus* adalah bentuk kemenangan nilai kristiani terha...