Yakobus 3:1-12
Tetapi tidak seorang pun
yang menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan
racun yang mematikan. (ayat 8)
Lidah, merupakan salah satu organ tubuh yang kecil. Lincah berkelit
tidak mudah tergigit. Bentuknya mini, andilnya maxi. Oleh lidah, kita mengecap
dan bertutur kata. Bahkan melalui lidah penyakit yang sedang dialami dapat
dideteksi. Dengan lidah orang memuji Tuhan, dengan lidah pula orang dapat
menghujat sesame ciptaan Tuhan. Melalui lidah, orang Kristen membangun
persekutuan dan dengan lidah itu pula persekutuan itu dapat dihancurkan. Dengan
lidah orang dapat berhasil atau menjadi terdakwa dipengadilan. Lidah
itu tajam, bahkan lebih tajam dari pedang. Mudah terhujam, menimbulkan
perpecahan dan perang. Lidah itu penting sekaligus
berbahaya, sebab itu setiap orang percaya harus sungguh-sungguh mengawasi dan mengendalikan
lidahnya (Ams 10:19-21).
Rasul Yakobus mengibaratkan lidah kita yang kecil itu dengan
beberapa hal, yaitu:
Pertama, Sebagai mulut kuda yang harus
dikenakan tali kekang. Kuda itu kuat larinya cepat geraknya tangkas. Oleh kuda
jarak jauh menjadi dekat, beban berat menjadi ringan. Kuda merupakan symbol keperkasaan
dan kemapanan orang. Kuda yang sudah dikendalikan, menjadi berkat bagi pemiliknya. Demikian juga
lidah yang dikendalikan, pengaruh positifnya sangat besar. Dengan lidah
orang menjadi orator ulung dan meraup untung. Dengan lidah orang menghibur dan
masyhur. Dengan lidah orang meyakinkan orang sehingga bertindak sesuai yg
dikehendaki. Manfaatnya besar tak terbantahkan. Bentuknya mini, tetapi
manfaatnya maxi, haleluya!!!.
Kedua, Sebagai
Kemudi kecil yang dapat mengendalikan kapal besar. Kapal itu besar dan berlayar
ke arah samar. Tetapi dengan kemudi kecil, kapal besar dkendalikan sehingga
selamat ditujuan. Lidah adalah kemudi. Lidah menuntun diri sendiri dan menuntun
orang lain. Lidah yang diperbaharui akan memastikan
kita tiba ditujuan seperti yang dirancang Tuhan, bahkan menjadi berkat besar
bagi dunia, (Amsal 12:18-19). Hikmat dan kebodohan orang dapat dikenal melalui lidahnya.
Berbahagialah orang yang mampu mengawasi dan mengendalikan lidahnya.
Ketiga, Sebagai
Api yang mampu membakar habis hutan yang luas. Api yang kecil menolong
manusia. Kita menjadi hangat, makanan jadi matang. Tetapi jika api sudah besar,
ia menjadi musuh yang menakutkan. Susah dihadang apalagi dipadamkan. Besar
kecilnya api tergantung manusia. Jika kita mengawasi sejak kecil, api itu
menjadi rahmat. Jika tak ada yang dibakar api tidak akan kemana-mana. Demikan
juga dengan lidah. Kita awasi dan kita kuduskan. Tong
kosong nyaring bunyi, demikian pepatah berkata. Banyak berkata banyak dusta,
demikian orang bijak berpesan. Sebaliknya,
tak berkata juga salah. Niat yg luhur, saran yang manjur serta Visi yang kudus
tak dapat dimengerti orang lain. Boleh berkata banyak, tetapi jujur dan tulus. Melalui
perkataan, kita menguatkan yg lemah dan dengan kata pula yang putus asa kita
bangunkan harapan baru. Perkataan kita Jadi berkatt!!!
Keempat, Sebagai Binatang buas yang ganas dan mematikan. Buas
artinya ganas, tak punya konfromi apalagi belas kasih. Lidah yang lembut
disebut bagai binatang yang buas, luar biasa. Itu
artinya lidah itu sangat ganas, salah-salah dapat menjadi boomerang dan tombak
yg menusuk hati orang lain. Situasi yang aman bisa jadi rusuh, yang akur bisa
bertempur, yg kasmaran jadi bertengkar, yang bulan madu bisa pisah ranjang,
semuanya karena binatang buas yaitu lidah. Mulutmu adalah harimaumu,
demikian orang bijak berpesan supaya awas dengan perkataannya.
Dari empat gambaran tentang lidah tersebut, dua yang mengarah utk
kebaikan dan dua lagi mengarah pada ancaman. Artinya, lidah itu memiliki potensi positif dan potensi
negative yang sama besarnya. Tergantung orang yang mempergunakannya.
Apa yg harus kita lakukan supaya lidah berkata hal-hal yg bermakna?
Firman Tuhan berkata, jagalah hati (Ams 4:23) dan kuduskanlah
mulut, itulah solusi utamanya. Roma 10:10 mengatakan: “Karena dengan hati
orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Artinya,
pemahaman sebagai orang yang sudah diselamatkan sangat penting. Kemudian
kerinduan untuk diperbaharui terus menerus oleh Roh Kudus adalah tingkatan selanjutnya. Dengan
demikian, melalui lidah, kita mampu mencerminkan kekristenan yang sejati yang
selalu berkata positif dan yang membangun. Hidup yang sudah dipulihkan
Kristus akan memiliki lidah yg sudah dikuduskan. Dan lidah yg sudah dikuduskan
menghasilkan perkataan yang selalu memuliakan Kristus, Haleluyah......
Amin. (Doaku menyertai setiap saudara, Pdt Haposan R Hutapea, STh, MA)