Sabtu, Oktober 08, 2016

Mutiara yang dilupakan

Kejadian 11:1-10
mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya
Harus diakui setiap orang memiliki ke unikan tersendiri yang tidak mudah untuk bersatu dalam kebersamaan. Perkumpulan apapun namanya, disitu selalu ada gesekan, ada penolakan bahkan ada pertengkaran. Ada perbedaan pendapat, kepentingan diri dan motif yang berbeda. Itualh sebabnya diperlukan norma. Dalam persekutuan kristiani dibutuhkan nilai pengampunan. Selanjutnya, bersama Tuhan Yesus Kristus dan dengan dilandasi pemahaman berlimpahnya berkat, setiap orang akan mengusahakan dan mewujudkan terciptanya kerukunan.
Hidup yang bersatu menghasilkan mujizat yang dahsyat. Hasilnya tak terhitung dan dampaknya sangat signifikan. Oleh sebab itu mari kita berpulih menghampiri saudara kita, membuka hati dan menjabat tangannya dan saling berkata, "Tuhan mengasihi kita, mari kita saling mengasihi". Sebab itu setiap orang yang sengaja atau tidak sengaja menciptakan disharmoni harus berinsiatif dan bergegas untuk membangun damai, jika tidak dia akan menuai antipati dari semua orang termasuk dari orang yang diharapkan perduli. Itulah hukum emas berelasi yang tak pernah lekang oleh waktu, tempat. Baik didalam kehidupan social, bisnis dan pelayanan ( Matius 7:12)
Nats hari ini memberi pelajaran yang sangat penting, bersatu didalam dosa dan pemberontakan kepada Allah hasilnya luar biasa. Walau tehnologi sederhana, orang babel itu mampu membangun menara. Apalagi jika bersatu didalam kasih dan kebenaran Allah, pasti hasilnya jauh lebih hebat dan berdampak..
Saudara! Membangun hubungan yang rukun itu sangat sulit., tetapi itu harus. Sebab hidup yang harmoni dimulai dengan rukun. Hidup rukum merupakan impian dan kebutuhan natural setiap orang. Hidup rukun membuat orang bahagia, hidup ribut membuat orang sengsara. Dalam rukun ada rekonsiliasi, ada kata maaf, ada penerimaan yg tulus. Ada pemulihan hubungan yg retak kemudian ada kesepakatan untuk saling menopang. Intinya didalam sebuah hubungan yang harmoni ada transformasi relasi. Didalam relasi yang pulih tersebut masing-masing orang akan berkata: "bukan kamu yang salah melainkan aku". Selumbar dimata orang jangan dibesar besarkan dan balok dimata sendiri harus dilenyapkan (Matius 7:1-5). Bersama-sama saling merendahkan hati. Itulah esensi murid Kristus, tak ada yang lain. 
Hidup damai, rukun dan harmonis merupakan sebuah kualitas hidup impian setiap orang. Banyak rukun, banyak berkat, tidak rukun tidak ada berkat sebab Allah tidak hadir. Hidup rukun itu sangat penting. Namun saat ini keadaan seperti itu semakin hari semakin langka bahkan cenderung mendapatkan tantangan besar. Damai dan rukun hilang dari lingkungan sosial masyarakyat, dari keluarga, bahkan dari lingkungan gereja. Tak bisa dipungkiri, gaya hidup modern membuat kasih antar sesame terhidrasi, hilanglah empaty, terkiskislah toleransi dan punahlah silaturrahmi, Amin


JALUR TEPAT MENUJU BERKAT.

(Mazmur 50:1-23)
Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan kuperlihatkan kepadanya (Maz 50:23)
Mempersembahkan syukur itu berarti berkorban. Dalam konteks Perjanjian Lama dan dalam ritual Agama Yahudi memberi korban adalah menyembah Allah yang Maha kuasa sekaligus memohon pengampunan dosa. Secara univesal memberi Korban itu berarti dengan sadar merelakan satu atau sebagian miliknya berkurang bahkan hilang karena dipersembahkan. Dalam iman Kristen memberi korban disebut mengembalikan milik Tuhan sekaligus mengakui bahwa semua yang dimiliki termasuk dirinya sendiri adalah anugerah-Nya. Dalam firman Tuhan  dituliskan bahwa perbuatan seperti itu sangat  menyenangkan Allah karena dengan demikian Tuhan sangat diagungkan dan dimuliakan. Tempat mengembalikan milik Tuhan itu, lintas lembaga, tempat dan kuantitas.
Dalam nats di atas dikatakan bahwa mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan itu adalah perbuatan jujur yang mendatangkan keuntungan. Rugi tetapi untung, haleluyah!!! Hal yang sama dikatakan TUHAN di Kejadian 22:15-19, bahwa Allah menguatkan janji-Nya kepada Abraham dengan bersumpah  bahwa Abraham akan diberkati berlimpah-limpah. Oleh sebab itu dapat kita simpulkan, bahwa mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan sebagai korban, sangat besar makna dan untungnya bagi orang percaya. Mempersembahkan suatu sebagai korban artinya memberikan sesuatu yang berharga dan bernilai baik secara ekonomis maupun secara spiritual. Bernilai secara ekonomis berarti berbeda antara memberi kepada Pekerjaan Tuhan dengan beramal kepada pengamen dan pengemis. Sementara bernilai secara spiritual berarti mempersembahkan seluruh hidup dan keberadaan kita sebagai sarana kemuliaan bagi nama-Nya.
Bagaimana caranya supaya setiap warga jemaat dapat mepersembahkan korban dengan benar sekaligus kontiniu sehingga menerima upah seperti yang diterima Abraham? Setiap anggota jemaat perlu memahami tiga hal, yakni:
Kita perlu meluruskan pemahaman tentang Allah seperti Abraham. Setiap orang Kristen harus menyadari bahwa Allah itu hidup dan berdaulat serta ber-otoritas penuh terhadap dirinya. Sebagai pemilik otoritas maka TUHAN itu harus ditinggikan, disembah, dipuja dan dimasyurkan. Dengan demikian kualitas iman kita seperti Abraham sehingga otoritas TUHAN tersebut akan terus ada diatas kita. 
Kita perlu meluruskan pemahaman tentang diri sendiri seperti Abraham. Melalui salib, Allah telah kembali meninggikan manusia, maka seyogyanya manusia itu harus sungguh-sunguh berdamai dengan dirinya sendiri. Berdamai dengan diri sendiri berarti menerima dan menghargai diri sebagai pribadi yang unik dan spesifik. Kemudian menyakini diri sebagai pribadi yang berpotensi meraih prestasi dan ingin membuat prestasi tersebut sebagai sarana untuk bersaksi. Kita menjadi pribadi yang berani melangkah, siap meninggalkan zona nyaman yang menyilaukan dan tetap maju dengan cerdas saat aral melintang menghadang jalan. Itulah karakter Abraham. Tak ada istilah berhenti dan tak ada satupun yang membuat kita gentar dan mundur. Semua orang Percaya harus mengingat, bahwa Tuhan merancang setiap orang berhasil. Dengan demikian setiap orang percaya dapat memilih nilai-nilai yg berguna untuk diri sendiri dan berkenan di hadapan Allah.
Kita perlu meluruskan pemahaman tentang orang lain  seperti Abraham
Jikalau seorang memahami diri dengan benar maka setiap orang percaya akan mampu pula bersikap positif terhadap sesama. Orang tersebut akan mampu memberi perhatian, sabar dan menghargai orang lain. Konsep berpikirnya ialah, Kita menghargai orang lain karena kita sudah lebih dahulu dihargai oleh Tuhan. Kemampuan dan kerelaan berkorban tidak dapat dipisahkan dari kualitas iman seseorang. Iman tidak boleh sebatas kata melainkan harus nampak dalam tindakan nyata. Ibadah tidak boleh sebatas eforia belaka, tetapi harus menimbulkan perubahan yang nyata. 

Anda ingin memiliki iman seperti Abraham? Atau anda ingin masyhur seperti Abraham? Itu bagus,!!! Tetapi Hidup dan bertindaklah sepertti Abraham, maka lihatlah apa yang akan terjadi, AMIN. (Doaku menyertai saudara, Pdt Haposan Hutapea STh, MA)

Kunci utk Menang

Shaĺom, Selamat pagi. Selamat menikmati pembebasan oleh kuasa Salib Kristus.  *Salib Kristus* adalah bentuk kemenangan nilai kristiani terha...