Sabtu, Juli 11, 2015

Orang Kristen Kanaan ( II Raja-Raja 7:3-11 )

Lalu berkatalah yang seorang kepada yang lain : “Tidak patut yang kita lakukan ini, hari ini adalah hari yang baik, tetapi kita ini tinggal diam saja.” (ayat 9)
Situasi ekonomi Indonesia yang terpuruk saat ini, dapat menjadi ancaman  persekutuan gerejawi. Individualisme bisa menjadi pilihan, mementingkan diri sendiri akan menjadi fenomena. Kesetia-kawanan sebagai umat akan semakin pudar dan  kebersamaan sesame warga jemaat semakin terancam. Bagaimana kita harus bersikap? Renungan hari ini dapat kita buat menjadi acuan sekaligus pilihan yg menuntun kita menentukan sikap.
Di dalam nats hari ini dikatakan, Samaria sedang mengalami krisis pangan yang dahsyat. Satu per satu mahluk hidup, kelaparan dan mati. Bahkan seorang ibu harus mengadukan teman yang ikut memakan daging anaknya karena tidak memberi anaknya untuk mereka makan (II Raja-Raja 6:28-29). Dalam situasi kritis tersebut kita menemukan sikap dan tindakan luhur. Empat orang kusta yang terusir dan sengsara dan terkutuk secara teologis dan secara sosial tersebut justeru menunjukkan keteladanan sebagai orang percaya sejati (ayat 3), Perbuatan apakah yang mereka lakukan sehingga kita menyebut mereka sebagai orang percaya sejati?

Pertama, mereka bertindak sesuai dengan iman,
Sadar bahwa ransum dari keluarga tidak mungkin lagi diharapkan, keempat orang kusta itu berkata: “dari pada mati dengan mengharapkan yang tidak ada, lebih baik mati dalam berusaha.” Mereka merapatkan barisan, mengeratkan kebersamaan, membulatkan tekad dan membuang rasa takut, dan bergerak menuju sasaran.  Mereka bertindak dan maju menuju lumbung berkat, dan suksespun tergapai gemilang, dahsyat!! (ayat 4-7) Bagi setiap orang percaya yang memiliki tekad dan kemauan serta hidup dalam kebersamaan, masalah pasti  berubah menjadi peluang, haleluya….!!(Yesaya 41:10)

Kedua, mereka rela berbagi (ay 9)
Dari orang yang kelaparan kini menjadi kenyang. Dari orang yang kekurangan dan sangat miskin, mereka kini menjadi kaya, haleluya…..!! Dan didalam kelimpahannya mereka bertindak luhur. Mereka sadar bahwa yang mereka miliki adalah karena kerja keras dan keberanian mereka. Mereka layak bermegah dan menikmatinya sesuka sendiri. Namun hal itu tidak mereka lakukan. Justeru hal itu mereka buat menjadi alasan untuk berbagi. Mereka menyadari peranan Tuhan sangat menentukan dibalik keberhasilan bukan hanya karena usaha mereka semata. Mereka membuang kepentingan diri sendiri dan memikirkan saudara mereka yg dilanda kelaparan (band dgn Gal 6:9-10).
Mereka berkata marilah kita berbagi kepada teman sebangsa kita, dan mereka melakukannya. Mereka menepati kesepakatan yang mereka janjikan.

Ketiga, pengampunan yg tulus (10-11)
Kepada siapa mereka berbagi? Kepada orang-orang yang mengusir dan yang menghina mereka. Inilah esensi orang beriman. Dan ini pula wujud pengampunan sejati  sekaligus karakter Kristen sejati. Disisihkan dari lingkungan social, diusir dari kampung halaman, merupakan sebuah pengalaman yang menyakitkan. Hak hidup berkomunitas dan hak bersosialisasi hilang, tetapi mereka membuka pintu maaf, dan dilakukan dengan tulus. Mereka yang teraniaya menjadi berkat besar, luar biasa !! Mereka berkata, “ marilah kita berbagi kepada teman sebangsa kita”, dan mereka melakukannya. Inilah nilai khas iman kristiani (Lukas 6:27-36).

Setiap pencapaian membutuhkan perjuangan berat. Pikiran, tenaga dan waktu dicurahkan. Namun olehnya seringkali membuat manusia menjadi lupa peranan Tuhan. Dan lupa melakukan panggilannya sebagai orang Kristen, yakni menjadi saluran berkat bagi sesame dan buat pekerjaan Tuhan. Dalam renungan hari ini dikatakan dalam ayat 9: hari ini adalah hari baik. Artinya, kita harus selalu mengingat bahwa setiap keberhasilan adalah dari Tuhan, dan kita harus pakai memuliakan Nama Tuhan. Kiranya melalui keteladanan keempat orang kusta ini, kita akan semakin termotivasi untuk terus memelihara kebersamaan, melepaskan pengampunan sekaligus menunjukkan keperdulian. Itulah Kristen Kanaan, Amin

Kamis, Juli 09, 2015

INGATLAH.... (2 RAJA 7:1-11)

Lalu berkatalah yang seorang kepada yang lain : “Tidak patut yang kita lakukan ini, hari ini adalah hari yang baik, tetapi kita ini tinggal diam saja.” (ayat 9)
Situasi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dapat menjadi ancaman  persekutuan gerejawi. Individualisme bisa menjadi pilihan, mementingkan diri sendiri akan menjadi fenomena. Kesetia-kawanan sebagai umat akan semakin pudar dan  kebersamaan sesame warga jemaat semakin terancam. Bagaimana kita harus bersikap? Renungan hari ini dapat kita buat menjadi acuan sekaligus pilihan yg menuntun kita menentukan sikap.
Di dalam nats hari ini dikatakan, Samaria sedang mengalami krisis pangan yang dahsyat. Satu per satu mahluk hidup, baik manusia atau hewan kelaparan dan mati. Bahkan seorang ibu harus mengadukan teman yang ikut memakan daging anaknya karena tidak memberi anaknya untuk mereka makan (II Raja-Raja 6:28-29). Dalam situasi kritis tersebut kita menemukan sikap dan tindkan luhur 4 orang kusta yang sedang  terusir. Mereka dikutuk secara teologis dan secara sosial (ayat 3). Namun keempat orang tersebut justeru menunjukkan keteladanan sebagai orang percaya sejati. Perbuatan apakah yang mereka lakukan sehingga kita menyebut mereka sebagai orang percaya sejati?
Pertama, mereka bertindak sesuai dengan iman,
Sadar bahwa ransum dari keluarga tidak mungkin lagi diharapkan, maka keempat orang kusta itu berkata: “dari pada mati dengan mengharapkan yang tidak ada, lebih baik mati dalam berusaha.” Mereka merapatkan barisan, mengeratkan kebersamaan, membulatkan tekad dan membuang rasa takut, dan bergerak menuju sasaran.  Mereka bertindak dan maju menuju lumbung berkat, dan suksespun tergapai gemilang, dahsyat!!(ayat 4-7) Bagi setiap orang percaya yang memiliki tekad dan kemauan serta hidup dalam kebersamaan, masalah pasti  berubah menjadi peluang, haleluya….!!(Yesaya 41:10) 
Kedua, mereka rela berbagi (ay 9)
Dari orang yang kelaparan kini menjadi kenyang. Dari orang yang kekurangan dan sangat miskin, mereka kini menjadi kaya, haleluya…..!! Dan didalam kelimpahannya mereka bertindak luhur. Mereka sadar bahwa yang mereka miliki adalah karena kerja keras dan keberanian mereka. Mereka layak bermegah dan menikmatinya sesuka sendiri. Namun hal itu tidak mereka lakukan. Bahkan hal itu mereka buat menjadi alasan untuk berbagi. Mereka menyadari peranan Tuhan sangat menentukan dibalik keberhasilan  bukan hanya karena usaha mereka semata. Mereka membuang kepentingan diri sendiri dan memikirkan saudara mereka yang dilanda kelaparan (bandingkan dengan Galatia 6:9-10). Mereka berkata marilah kita berbagi kepada teman sebangsa kita, dan mereka melakukannya. Mereka menepati kesepakatan yang mereka janjikan.
Ketiga, pengampunan yg tulus (10-11)
Kepada siapa mereka berbagi? Kepada orang-orang yang mengusir dan yang menghina mereka. Inilah esensi orang beriman. Dan ini pula wujud pengampunan sejati  sekaligus karakter Kristen sejati. Disisihkan dari lingkungan social, diusir dari kampung halaman, merupakan sebuah pengalaman yang menyakitkan. Hak hidup berkomunitas dan hak bersosialisasi hilang, tetapi mereka membuka pintu maaf, dan dilakukan dengan tulus. Mereka yang teraniaya menjadi berkat besar, luar biasa !! Mereka berkata, “ marilah kita berbagi kepada teman sebangsa kita”, dan mereka melakukannya. Inilah nilai khas iman kristiani (Lukas 6:27-36).  

Setiap pencapaian membutuhkan perjuangan berat. Pikiran, tenaga dan waktu dicurahkan. Namun olehnya seringkali membuat manusia menjadi lupa peranan Tuhan. Dan lupa pula melakukan panggilannya sebagai orang Kristen, yakni menjadi saluran berkat bagi sesame dan buat pekerjaan Tuhan. Dalam renungan hari ini dikatakan dalam ayat 9: hari ini adalah hari baik. Artinya, keberhasilan ini adalah dari Tuhan, dan pakailah memuliakan Nama Tuhan. Kiranya melalui keteladanan keempat orang kusta ini dapat memotivasi kita agar tetap memelihara kebersamaan, melepaskan pengampunan sekaligus menunjukkan keperdulian kita terhadap sesame. Amin

Rabu, Juli 08, 2015

TERPUJILAH NAMA TUHAN YESUS KRISTUS

( Markus 11: 20-26 )
Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah”
Semua orang yang melayani dilembaga gerejawi harus Percaya kepada Allah. Arti percaya kepada Allah ialah berpikir seperti Yesus dan bertindak rohani. Dia melandasi hidup diatas firman Tuhan serta menunjukkan intergritas teruji dalam hidup sehari-hari. Kemuliaan Tuhan menjadi tujuan utama saat dia melakukan sesuatu. Ia mengesampingkan hormat dan pujian diri. Dia bekerja giat dengan hasil besar namun bicara sedikit, tak risau walau namanya tak tersiar. 
Apa yang harus kita lakukan supaya berpikir dan bertindak rohani ?
Pertama, Setiap kita harus rendah hati mendeteksi kelemahan diri dan membiarkan Roh kudus menyempurnakan kita melalui proses Tuhan. Kita akui setiap kelemahan kemudian kita tinggalkan. Artinya, Dari pada dengki lebih baik kita bersinergi. Dan dari pada antipati lebih baik saling berbagi. Anti pati itu menghalangi rezeki dan pasti menumbuhkan sakit rohani dan jasmani..... Hati-hati !!
Kedua, Supaya menikmati pembaharuan dan pengurapan Allah setiap orang harus membuka hati terhadap Tuhan Yesus Kristus. Perasaan benar sendiri, harus ditolak karena itu menghalangi kebersamaan bahkan menjadi alat setan merusak persekutuan (Ibr 11:25-26; 1 Petrus 5:8-9).
Ketiga, Jika menyimpan dendam dan akar pahit, kita harus segera buang sebab hal itu sangat jahat dihadapan Tuhan (Kol 3:13; Imamat 19:17-18). Camkanlah, tak ada berkat buat pendendam.  Karakteristis orang Kristen sejati adalah pengampun sebab itulah ajaran utama Tuhan Yesus Kristus dan itu pula sifat Allah kita, yaitu Maha Pengampun (Markus 11:25).  
Keempat, Jangan engkau mudah mengucapkan nazar dihadapan Allah. Sebab nazar itu tidak bisa ditarik kembali (Kej 28:20, 31:13, Hakim 11:30-45, Mazmur 76:12, Oleh sebab itu jika engkau sudah terlanjur mengucapkan nazar dihadapan Tuhan, hanya satu yang harus engkau lakukan, segeralah menunaikannya!!!. Jangan tunda sampai besok, sebab engkau tidak tahu waktu Tuhan menjatuhkan penghakiman karena kelalaianmu terhadap nazar yang kau ucapkan tersebut (Mazmur 76:12).
Kelima, Lembaga gereja adalah institusi buatan sekaligus milik Kristus Yesus. Itulah sebabnya perintah firman menyebar Harta dirumah Tuhan itu bersifat oikumenis dan mutlak. Sekecil apapun persembahanmu untuk mendukung pekerjaan dan Rumah Tuhan, itu baik di hadapan Tuhan (Amsal 11:24-25). Dengan mendukung pelayanan pekerjaan-Nya, kita sedang menabur benih yang baik, sekaligus menunjukkan wujud syukur dan pengakuan bahwa semua yang kita miliki adalah karena kasih Tuhan semata. Persembahan itu merupakan pagar yang mengamankan harta kita, kesehatan dan kebahagiaan kita (Maleakhi 3:9-10)
Kesimpulan:
1.Berpikir dan bertindak Kristen merupakan indikator utama kedewasaan rohani. Itulah sebabnya kita perlu berdiam diri dihadirat Tuhan, Meditasi. Hal itu akan membuat kita semakin mengenal Dia kemudian semakin intim dengan-Nya (Hosea 4:6; 6:4).
2.Berpikir Kristen berarti selalu konsisten terhadap panggilan, taat pada otoritas. Bersepakat melakukan kebaikan. Mengajak orang lain bertindak luhur dan meneguhkan iman teman (Galatia 6:2,10). Orang yang berpikir Kristen, tetap tenang walau banyak hantu. Tak berhenti walau jalan berliku dan berbatu. Ia tidak hanyut saat lingkungan kacau dan tidak ikut berbuat kacau. Ia terus berkarya saat orang lain sudah menyerah dan tidak berdaya. Orang yang berpikir Kristen selalu mampu melihat peluang dibalik tantangan. Harapannya tetap membara walau orang lain sudah putus asa. Imannya mengalahkan dunia dengan segala nilai-nilainya yang mencelakakan (1 Joh 5:4-5), Haleluya.........!! Amin


Sabtu, Juli 04, 2015

SELAMAT, ANDA ADALAH ORANG KRISTEN!!!

( Markus 11: 20-26 )
Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah”
Semua orang yang melayani dilembaga gerejawi haruslah percaya kepada Allah!! Dan tanda orang yang percaya kepada Allah adalah selalu berpikir dan bertindak rohani. Itulah sebabnya, didalam pelayanan gerejawi integritas sangat diutamakan dan pengabdian tulus merupakan landasan. Cari hormat dan pujian bukanlah motiv melayani. Tuhan harus menjadi tujuan sebab itu pengenalan akan Allah mutlak tak bisa ditawar. Apa yang harus kita lakukan supaya senantiasa berpikir dan bertindak rohani sebagai indicator sebagai orang yang Percaya ?
Pertama, Setiap kita harus rendah hati mendeteksi kelemahan diri dan membiarkan Roh kudus menyempurnakannya sampai sempurna dihadapan-Nya. Kita akui kelemahan itu dan kita tinggalkan. Artinya, Dari pada saling iri dan dengki lebih baik kita bersinergi. Dan dari pada kita menebar antipati lebih baik kita saling berbagi. Antipati itu menghalangi rezeki dan pasti menumbuhkan sakit rohani dan jasmani, sementara berbagi itu berkatnya multi dimensi dan rezekinya tak pernah berhenti, Itulah sebanya setiap kita harus membuka hati supaya dikuasai kasih Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian kita leluasa menikmati pembaharuan dan pengurapan Allah. Perasaan benar sendiri, harus ditolak karena itu menimbulkan kesombongan dan menghalangi kebersamaan bahkan menjadi alat setan merusak persekutuan (Ibr 11:25-26; 1 Petrus 5:8-9).
Kedua, Jika menyimpan dendam dan akar pahit, kita harus segera buang sebab hal itu sangat jahat dihadapan Tuhan (Kol 3:13; Imamat 19:17-18). Camkanlah, tak ada berkat buat pendendam.  Karakteristis orang Kristen sejati adalah pengampun sebab itulah ajaran utama Tuhan Yesus Kristus dan itu pula sifat Allah kita, yaitu Maha Pengampun (Markus 11:25).  
Ketiga, Jangan engkau mudah mengucapkan nazar dihadapan Allah. Sebab nazar itu tidak bisa ditarik kembali (Kej 28:20, 31:13, Hakim 11:30-45, Mazmur 76:12, Oleh sebab itu jika engkau sudah terlanjur mengucapkan nazar dihadapan Tuhan, hanya satu yang harus engkau lakukan, segeralah menunaikannya!!!. Jangan tunda sampai besok, sebab engkau tidak tahu waktu Tuhan menjatuhkan penghakiman karena kelalaianmu terhadap nazar yang kau ucapkan tersebut (Mazmur 76:12).
Keempat, Lembaga gereja adalah institusi buatan sekaligus milik Kristus Yesus. Itulah sebabnya perintah firman menyebar Harta dirumah Tuhan itu bersifat oikumenis dan mutlak. Sekecil apapun persembahanmu untuk mendukung pekerjaan dan Rumah Tuhan, itu baik di hadapan Tuhan (Amsal 11:24-25). Dengan mendukung pelayanan pekerjaan-Nya, kita sedang menabur benih yang baik, sekaligus menunjukkan syukur dan pengakuan bahwa semua yang kita miliki adalah karena kasih Tuhan semata. Persembahan itu merupakan pagar yang mengamankan harta kita, menjaga tubuh kita supaya tetap sehat memelihara hati kita supaya kita selalu berlimpah bahagia (Maleakhi 3:9-10; Yesaya 48: 17-19).
Kesimpulan:
1.Berpikir dan bertindak Kristen merupakan indikator utama kedewasaan rohani. Itulah sebabnya kita perlu berdiam diri dihadirat Tuhan, Meditasi itu penting!!. Karena hal itu membuat kita semakin mengenal Dia kemudian semakin intim dengan-Nya (Hosea 4:6; 6:4; ).
2.Berpikir Kristen berarti selalu konsisten terhadap panggilan, taat pada otoritas, bersepakat melakukan kebaikan. Mengajak orang lain bertindak luhur dan meneguhkan iman teman (Galatia 6:2,10). Orang yang berpikir Kristen, tetap tenang sekalipun banyak hantu. Tak berhenti melangkah walau jalan berliku dan berbatu. Ia tidak hanyut saat lingkungan kacau dan tidak ikut berbuat kacau. Ia terus berkarya saat orang lain sudah menyerah dan tidak berdaya. Orang yang berpikir Kristen selalu mampu melihat peluang dibalik tantangan. Harapannya tetap membara walau orang lain sudah putus asa. Imannya mengalahkan dunia dengan segala nilai-nilainya yang mencelakakan (1 Joh 5:4-5), Haleluya.........!! Amin


Kunci utk Menang

Shaĺom, Selamat pagi. Selamat menikmati pembebasan oleh kuasa Salib Kristus.  *Salib Kristus* adalah bentuk kemenangan nilai kristiani terha...