( M A Z M U R 107 : 4 - 38)
Biarlah mereka
bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya (31)
Lima tahun yg lalu, pohon
apokat tumbuh alami diteras rumahku. Dipinggir pagar rumah memang sengaja saya
sediakan lahan kosong dengan luas 40 cm. Saya senang melihat pohon apokat itu
tumbuh sebab daunnya hijau menyegarkan mata. Saat membuka pintu dipagi
hari aku selalu menikmati daunya yg hijau membuat pagi hari rasanya bertambah segar. Betambah tahun bertambah
pula besar batangnya dan bertambah lebat daunnya. Kalau dulu saya mengharapkan
pohon tersebut hanya sebagai penyejuk mata, kini saya mengharapkan lebih dari pada
itu. Saya mengharapkan suatu ketika nanti bisa menikmati buahnya yang akan saya
tunggu matang dipohon. Saya senyum membayangkan saat
memetik buahnya. Apokat itu semakin besar dan tinggi bahkan melampaui atap rumah.
Lima tahun berlalu,
apokat belum memberikan hasilnya. Jangankan buah, batangnya yang tinggi menjadi
jalan kucing liar naik kegenteng rumahku. Saya mulai jengkel. Buah tidak ada, genteng rumahku jadi sarang kucing liar. Serigkali saya harus
memanggil tukang untuk membetulkan genteng yg tergeser kucing.
Satu ketika saya berdiri
dikeramik yang didepan pohon apokat itu. Aneh, lantai keramik yang saya pijak retak sekaligus terdesak sehingga posisinya lebih tinggi dari keramik yang lain. Ampun, ternyata Akar
apokat telah merasuk kebawah lantai sehingga mulai mengancam dan merusak. Saya
mulai gelisah. Dalam hatiku aku berpikir, lama-lama akar pohon itu akan
mengancam seftytank dan meruntuhkan dingdingnya dan mala petaka akan terjadi.
Akhirnya saya panggil isteri, saya ungkapkan masalah dan kemungkinan yang bisa muncul dikemudian hari jika pohon apokat dibiarkan terus hidup. Akhirnya saya
dan isteri sepakat apokat itu harus dimatikan. Ia tidak layak untuk dipelihara.
Ia tidak jadi berkat malahan jadi ancaman. Keputusan sudah diambil, apokat
harus dimusnahkan. Saya tidak menebang batangnya karena sudah besar dan kalau
hanya dipotong akarnya mungkin akan tetap berkembang. Maka saya menyuruh
isteri membeli minyak tanah dan menyiram
sekeliling batang pohon dan kemudian mengolesi batangnya pagi dan sore hari.
Satu minggu kemudian pohon apokat itu mati dan batangnya meranggas. Tragis!!!!
Dalam hidup yang kita
jalani betapa sering kita berperilaku seperti pohon apokat tersebut. Kita
diberi tumpangan, kita diberi makan, kita dihargai dan dianggap sebagai bagian
dari team, namun lama kelamaan kita lupa diri, kita ingin berkuasa dan ingin
menguasai segalanya. Sikut kanan sikut kiri. Kita berperilaku seperti Lucyfer yang merasa tidak puas hanya tangan kanan Allah, Iblis ingin menginginkan tahta Allah (Yesaya 14: 12-14, Yehezkiel 18:14-16). Aturan aturan kita terabas dan
menggantinya dengan aturan sendiri. Bahkan tidak jarang kita menjadi penghianat
mengangkat tumit terhadap teman, mentor atau pimpinan kita. Kita banyak
menuntut tetapi tak pernah ingin memberi. dan bertindak seperti Lucyfer. Jika terus menerus berperilaku seperti
itu, kita tinggal tunggu waktu menerima nasib seperti Lucyfer tersebut.
Bersyukur kepada Tuhan itu membawa dampak luhur. Menghasilkan buah seperti yg Tuhan tuntut, harus kita tunaikan. Dalam berbuah itulah kita menunjukkan kekristenan kita. Kita menyenangkan Tuhan melalui gaya hidup yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.
Bersyukur kepada Tuhan itu membawa dampak luhur. Menghasilkan buah seperti yg Tuhan tuntut, harus kita tunaikan. Dalam berbuah itulah kita menunjukkan kekristenan kita. Kita menyenangkan Tuhan melalui gaya hidup yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan sudah mempercayakan tugas besar kepada kita. Tuhan sudah menempatkan kita di posisi yang nyaman dan spesial yakni sebagai pewaris berkat dan kuasa-Nya, bersyukurlah. Kita sudah ditebus, dipelihara dengan kasih dan kekuatan Allah, diberkati dengan umur panjang dan dilimpahi dengan keberhasilan, dipenuhi dengan Rohkudus dan bahkan diangkat menjadi anak-anak Allah, teruslah bersyukur dan mengakui peranan Tuhan tersebut. Tunjukkanlah totalitas dan setialah. Tuhan tahu mengangkat kita jika dihadapan-Nya kita sudah layak.
Saudara kita perlu berteduh kalbu utk menguji diri, supaya kita terus menghasilkan buah yang baik dan membawa keteduhan. Mari kita ingat selalu, bahwa kasih setia Tuhan itu untuk
selama lamanya, lintas batas, Amin. ( Doaku menyertai saudara, Pdt Haposan Hutapea, STh, MA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar