KEJADIAN 6:1-22
“Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi,…”
(ay 7a)
Menghapuskan manusia dari
muka bumi merupakan keputusan yang dahsyat. Disitu terkandung murka sekaligus
keadilan dan kedaulatan Allah. Tuhan memberi
waktu untuk bertobat, namun manusia tidak berubah. Tuhan panjang sabar tetapi manusia
mengeraskan hati. Dari pada taat kepada Penciptanya, manusia lebih mendengar
kata hatinya. Manusa adalah ciptaan yang mulia namun lupa bersyukur. Niat dan
perbuatannya nagwur dan jahat semata. Manusia bertindak terbalik dengan pencipta-Nya.
Bagaikan tanah liat yang dirancang bulat tetapi hasilnya berwujud lonjong, ia harus didaur ulang. Demikian juga manusia. Dirancang serupa Penciptanya, namun berwujud seterunya, manusia itu harus ‘didaur ulang’. Demikianlah Titah Tuhan.
Peristiwa pemusnahan manusia
melalui air bah merupakan sebuah peringatan bagi manusia disepanjang abad. Sebagai generasi
keturunan yang luput dari air bah, kita dipanggil untuk membuat peristiwa air bah
sebagai pelajaran yang berharga. Kita perlu menghargai karunia Allah dengan selalu
memahami bahwa dibalik anugerah ada hukum dan keadilan Allah. Anugerah
Tuhan itu harus diresfoni dengan ketaatan dan syukur. Tuhan sayang manusia, itu
pasti !! Tetapi Tuhan pun menuntut ketaatan kepada firman-Nya. Tanpa ketaatan manusia, Anugerah Yesus Kristus tak berdampak keselamatan. Anugerah bagaikan derma yang disiasiakan.
Dalam nats ini kita menemukan dua alasan pokok mengapa TUHAN memusnahkan manusia, yaitu: Pertama, bumi yang dicipta indah itu dirusak manusia. Kedua, manusia yang adalah gambar Allah itu cenderung menjalankan kehidupan rusak yang dibumi. Dari dua alasan ini kita dapat membuat kesimpulan sebagai sumber permasalahan, yakni: Dosa Adam dan Hawa dengan hukuman yang mereka terima, tidak membuat mereka bertekun mengajar kebenaran terhadap anak-anaknya. Keintiman yang pernah dinikmati bersama Tuhan, tidak sanggup membuat mereka mengestafetkan iman dan akhlak kepada seluruh keturunannya. Usia yang panjang yg membuat Adam hidup sampai sepuluh generasi keturunan, tetapi, tidak dimaksimalkan untuk menjadi guru dan gembala yang berwibawa dihadapan anak dan cucu dari cucunya. Tragis............!!!
Dalam nats ini kita menemukan dua alasan pokok mengapa TUHAN memusnahkan manusia, yaitu: Pertama, bumi yang dicipta indah itu dirusak manusia. Kedua, manusia yang adalah gambar Allah itu cenderung menjalankan kehidupan rusak yang dibumi. Dari dua alasan ini kita dapat membuat kesimpulan sebagai sumber permasalahan, yakni: Dosa Adam dan Hawa dengan hukuman yang mereka terima, tidak membuat mereka bertekun mengajar kebenaran terhadap anak-anaknya. Keintiman yang pernah dinikmati bersama Tuhan, tidak sanggup membuat mereka mengestafetkan iman dan akhlak kepada seluruh keturunannya. Usia yang panjang yg membuat Adam hidup sampai sepuluh generasi keturunan, tetapi, tidak dimaksimalkan untuk menjadi guru dan gembala yang berwibawa dihadapan anak dan cucu dari cucunya. Tragis............!!!
Mengapa Nuh diselamatkan dan
yang lain dimusnahkan? Ada beberapa jawaban yang seterusnya dapat kita terapkan
dalam kehidupan kita masing-masing? Yaitu:
Pertama, Nuh hidup benar dan tidak bercela di zamannya. Lingkungan yang
buruk tidak mempengaruhi Nuh. Inilah indicator iman. Tidak terpengaruh
melainkan mempengaruhi. Luar biasa!! Hidup ditengah lingkungan yang buruk itu sangat berat, tetapi konsistensi didalam Tuhan
mendatangkan kekuatan, haleluyah…!
Kedua, Nuh hidup bergaul dengan Allah. Biar lingkungan rusak dan
jahat, Nuh tetap hidup benar dan melakukan kebenaran. Dalam segala keadaan, Nuh tetap teguh. Ini namanya menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan!! Rahasianya adalah
kualitas hubungan dengan Allah. Keintiman dengan Bapa menghadirkan kuasa, dan
Kuasa-Nya memampukan kita menjadi pemenang, Puji Tuhan!!!
Saat ini, penghakiman Tuhan
tetap berlaku dalam bentuk lain, tetapi kuasa-Nya juga tidak berubah untuk
meluputkan kita dari penghakiman tersebut. Alangkah baiknya jika kita hidup
seperti Nuh. hidup benar dan tidak
bercela, bergaul dengan Allah dan taat, Amin.
Doaku menyertai saudara, Pdt H R
Hutapea, STh, MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar