Minggu, Agustus 16, 2015

Ingatlah............

(Ulangan 6:1-15)
Maka berhati-hatilah, supaya engkau jangan melupakan TUHAN (ay 12)
Orang yang kenyang, akan cepat mengantuk. Orang yang mengantuk, akan segera tertidur, dan orang yang tertidur akan lupa segala sesuatu. Musa pernah mengalami hal itu. Ketika tiba saatnya Musa berpisah dengan bangsanya, Musa memperingatkan umat Israel akan bahaya kemampanan. Dan supaya mudah dipahami bangsanya, ia memakai bahasa kiasan tentang perut yang kenyang. Musa berkata “ … apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN …”  (Ulangan 6: 11-12).
Peringatan ini diucapkan Musa dalam pidato perpisahan dengan umatnya. Umat akan mengahkiri pengembaraan selama 40 tahun yang penuh penderitaan, sementara Musa harus mengahiri perjalanannya sampai digunung Nebo. Selama 40 tahun mereka menderita kelaparan, serba kekurangan dan seakan-akan tanpa kepastian. Tetapi sekarang mereka menghadapi babak baru, yakni bersiap memasuki negeri yg berlimpah susu dan madu. Mereka akan segera masuk dan menetap di negeri yang dijanjikan. Mereka akan hidup berkecukupan, nyaman dan mapan, Haleluyah Puji Tuhan!  Dan sebelum tiba masa itu, Musa mengingatkan, supaya waspada dengan kemampanan. Jangan sampai melupakan Tuhan sumber rezeki dan jangan lupa bersyukur! Setiap keinginan untuk mengagungkan diri sendiri harus sedini mungkin disingkirkan. Alkitab menyaksikan, dikemudian hari orang Israel jatuh kepada dosa tersebut. Melupakan Tuhan sebagai sumber dari segala kebaikan merupakan sebuah gejala kemerosotan rohani yang perlu diwaspadai. Melupakan Tuhan berarti sombong, lupa diri dan merupakan bentuk pemberontakan kepada Allah. Dampaknya ialah, status umat Allah berubah menjadi pengikut Lucyfer yang merupakan bapa dari segala pemberontak.
Orang Kristen banyak berbuat seperti orang Israel tersebut. Saat susah, berteriak kepada Tuhan, dan Tuhan turun tangan. Tetapi setelah ditolong, lupa Tuhan! Waktu sedang susah bertekun dalam persekutuan, setelah menerima kelegaan meninggalkan persekutuan. Itulah bahaya yang sering mengancam umat Tuhan: mudah lupa pada Dia yang memberi!
Ayub adalah seorang yang hartanya berlimpah-limpah. Tetapi tidak memegang harta miliknya dalam tangan yang tertutup tetapi dengan tangan yang terbuka. Ayub menyadari bahwa semua miliknya merupakan titipan yang dipercayakan Tuhan dan batasan waktu penitipan tersebut merupakan kedaulatan Allah. Saat keadaannya berubah, terbukti Ayub tidak pernah lupa sumber rejekinya dan tetap mengakui kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Dalam situasi yang sangat sulit, Ayub mampu berkata “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Melalui ungkapan itu, Ayub secara tersirat mengatakan, jika kita selalu mengakui segala milik adalah titipan Tuhan, maka saat hilang, Tuhan akan gantikan (Ayub 42: 10-17), saat dipersembahkan, Tuhan akan kembalikan (Ams 3:9-10). Hal yang sama juga diakui oleh raja Daud: “… sebab dari padaMulah segala-galanya… dari tanganMu sendiri dan punyaMulah segala-galanya”. (1 Tawarikh 29:14-16)
Bagaimana dengan saudara? Apakah yang saudara perkatakan dan lakukan dengan rezeki yg diberikan Tuhan tersebut? Allah ingin kita berkata seperti rasul Paulus: “sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36). Semua yang kita anggap sebagai milik, mari kita pegang dengan tangan terbuka. Saat Tuhan mau tambahkan, kita sudah siap. Demikian juga saat Tuhan memerlukan, kita pun sudah siap, Haleluyah, Amin.



1 komentar:

liturgi mengatakan...

haleluyah.........., sudah kutemukan rahasia yang diwartakan Tuhan sepajang zaman

Kunci utk Menang

Shaĺom, Selamat pagi. Selamat menikmati pembebasan oleh kuasa Salib Kristus.  *Salib Kristus* adalah bentuk kemenangan nilai kristiani terha...